Page 42 - EBook Sosiologi XII Febrian Ika Lestari
P. 42
Modul Pembelajaran Sosiologi_SMA BSS XII
P
Manusia telah berinteraksi dalam kisaran jarak jauh selama ribuan tahun. Sebagai
contohnya adalah Jalur Sutra darat yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa dan
menyebabkan banyak perubahan pada peradaban bangsa-bangsa di "Dunia Lama".
Pemikiran, agama, bahasa, kesenian, dan aspek budaya lainnya menyebar dan bercampur
ketika negara-negara bertukar barang dan ide.
Perpindahan manusia, barang, dan ide secara global meluas pada abad-abad
selanjutnya. Pada abad ke-15 dan 16, bangsa Eropa membuat rintisan terpenting dalam
penjelajahan samudra, salah satunya adalah pelayaran transatlantik ke "Dunia Baru" yang
disebut Amerika. Pada awal abad ke-19, perkembangan bentuk transportasi baru
(seperti kapal uap dan rel kereta) dan telekomunikasi yang menyusutkan ruang dan waktu
memungkinan terjadinya interaksi global dengan sangat cepat. Pada abad ke-20, kendaraan
darat, angkutan intermodal, dan maskapai penerbangan membuat transportasi semakin
cepat. Penemuan telekomunikasi elektronik, seperti telepon genggam dan Internet, membuat
miliaran orang bisa saling terhubung dengan berbagai cara pada tahun 2010.
Globalisasi sering disebut fenomena dunia berwajah banyak. Oleh karena itu,
globalisasi sering diidentikkan dengan internasionalisasi, liberalisasi, universalisme, dan
westernisasi. Globalisasi sebenarnya bukan fenomena baru, baik secara teoritis maupun
praktis. Hanya saja, di era modern dan kapitalisme lanjut, proses relasi sosial, pengaruh yang
menghubungkan fenomena lokal dan global menjadi semakin intens. Apa yang terjadi di
desa terpencil di Borneo, misalnya, dipengaruhi oleh fenomena yang terjadi di kota-kota
besar seperti Paris atau New York. Sebagai contoh, seorang laki-laki di pelosok desa tiba-tiba
keluar rumah mengenakan pakaian yang sehari sebelumnya dipamerkan di fashion show di
New York. Sangat mungkin fenomena ini terjadi. Relasi produksi dan distribusi pakaian di era
global melampaui batasan teritori geografis. Preferensi pakaian seseorang bisa dipengaruhi
oleh informasi yang mereka terima dari luar. Apalagi sekarang eranya digital.
Kultur dibawah pengaruh globalisasi sebenarnya adalah kultur individualis namun
terhubung secara sosial lewat jaringan-jaringan informasi yang ditransmisikan melalui teknologi
komunikasi. Ciri-ciri ini sebenarnya bisa diketahui dengan mempelajari dua konsep klasik
Ferdinand Tonnies tentang Gemeinschaft dan Gesellschaft. Ketika dikontekstualisasikan ke
dalam masyarakat Indonesia, konsep masyarakat desa dan masyarakat kota cukup relevan
untuk menjelaskan. Kultur di era globalisasi adalah kultur masyarakat kota (urban culture) yang
ada di kota ataupun di desa. Misalnya, bayangkan saja seorang penjaga warung di sebuah
desa melantunkan musik Ariana Grande sambil melayani pembeli. Sementara orang-orang di
kota menonton konsernya sambil ikut bernyanyi, orang di pelosok desa kini juga bisa demikian,
bahkan sambil jaga warung.
Globalisasi sangat berkaitan dengan perubahan sosial. Dampak globalisasi bisa
diidentifikasi dari perubahan sosial yang kasat mata di sekitar kita. Nah dari penjelasan diatas
yuk kita simak lebih dalam pembahasan tentang Permasalahan sosial yang disebabkan oleh
perubahan sosial di tengah-tengah pengaruh globalisasi berikut ini!
41