Page 121 - PENDIDKAN AGAMA KRISTEN PROSTESTAN KELAS VIII
P. 121

maupun cobaan dan tantangan dari luar dirinya berupa berbagai kesulitan dan
                 penganiayaan hebat yang harus ia alami.
                    Dalam surat yang ditulisnya kepada Jemaat di Korintus, ia menulis, “Aku lebih
                 banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali
                 dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh
                 kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga
                 kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.
                 Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun,
                 bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi;
                 bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari
                 pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap
                 kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan
                 tanpa pakaian” (2 Korintus 11:23b-27)
                    Bisa dibayangkan betapa beratnya perjuangan pelayanan Paulus. Akan tetapi,
                 ia tidak pernah putus asa ataupun kehilangan semangat. Paulus tetap tegar dan
                 teguh dalam pelayannya. Apa yang membuatnya demikian? Tidak lain karena
                 Paulus sangat merasakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala kesusahan
                 dan derita yang dihadapinya untuk mendatangkan kebaikan bukan hanya bagi
                 dirinya, tetapi untuk banyak orang. Itulah sebabnya ia pun menulis,  “Kita tahu
                 sekarang, bahwa Allah  turut bekerja dalam segala  sesuatu untuk mendatangkan
                 kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai
                 dengan rencana Allah” (Roma 8:28). Kalimat tersebut kalau ditulis oleh seseorang
                 dalam keadaan senang dan berkelimpahan, mungkin akan terasa biasa saja. Akan
                 tetapi, ini ditulis oleh Paulus yang tengah mengalami banyak sekali tantangan
                 dan kesulitan karena pelayanannya. Sungguh luar biasa! Itu artinya Paulus tidak
                 sekadar memberi nasihat, tetapi juga mengalaminya sendiri; bagaimana Allah
                 bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.
                    “Dalam segala sesuatu”  artinya, dalam segala keadaan; baik dalam keadaan
                 suka, maupun duka; baik dalam sukses, maupun gagal. Tidak hanya ketika hidup
                 kita senang dan berkelimpahan, tetapi juga ketika hidup kita menderita dengan
                 rupa-rupa masalah dan cobaan. Allah bekerja dalam semua keadaan itu untuk
                 mendatangkan kebaikan.
                    Apa respon kita, ketika tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
                 untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, apakah kita bersikap pasif saja, tidak
                 usah melakukan apa-apa? Tidak, sebab ayat itu tidak berhenti sampai di situ. Ada
                 kelanjutannya, “Bagi orang yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
                 sesuai dengan rencana Allah.” Jadi, agar Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk
                 mendatangkan kebaikan kita juga harus aktif, tidak boleh hanya berpangku
                 tangan, yaitu, dengan sungguh-sungguh mengasihi Allah dan menaati firman-
                 Nya.

                  112        Kelas VIII SMP
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126