Page 95 - PENDIDKAN AGAMA KRISTEN PROSTESTAN KELAS VIII
P. 95

hidup sehat dengan hati yang gembira. Ada sebuah penelitian yang dilakukan
                 terhadap orang berusia lanjut. Menurut hasil penelitian itu, kakek dan nenek
                 yang  membiasakan  dirinya hidup  bersyukur, senang  tertawa,  bisa  menerima
                 keadaannya dengan sukacita, tidak suka ngomel-ngomel dan mengeluh, biasanya
                 tubuhnya lebih sehat, jarang sakit atau pun stres. Mereka memiliki semangat
                 hidup yang lebih.
                    Hal itu sama seperti yang diungkapkan dalam Amsal 17:22: “Hati yang gembira
                 adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Hati
                 yang gembira adalah salah satu akibat dari hidup bersyukur. Sedang semangat
                 yang patah biasanya terwujud dalam keluhan, lawan kata dari hidup bersyukur.
                 Jadi artinya, keluhan keputusasaan akan membuat hidup kita tambah berat.
                    Hidup bersyukur juga akan membuat kita lebih mudah bergaul dengan orang
                 lain. Apabila kamu mempunyai teman yang suka mengeluh dan mengomel, selalu
                 marah-marah dan cemberut, tentunya kamu tidak merasa nyaman berteman
                 dengan orang seperti itu, bukan? Akan berbeda, kalau temanmu itu selalu
                 berwajah ceria dan kata-kata yang diucapkannya selalu dengan nada gembira.
                 Senyum dan tawa selalu menghiasi wajahnya. Kamu pasti akan merasa senang
                 dan nyaman berteman dengannya. Begitu juga orang lain terhadapmu. Hati yang
                 bersyukur akan membawa kegembiraan dalam hidup kita. Kegembiraan akan
                 menarik orang-orang untuk senang berteman dengan kita.
                    Rasul Paulus sedang mendekam di penjara di kota Roma ketika menulis
                 surat Filipi. Akan tetapi, Rasul Paulus tidak mengeluh dan mengomel dengan
                 keadaannya,  ia  tetap  bersukacita. Tidak  ada  satu  pun  kata-kata  keluhan  dalam
                 suratnya, sebaliknya penuh dengan nasihat untuk bersyukur dan bersukacita.
                 ”Bersukacitalah  senantiasa  dalam  Tuhan!” begitu Paulus menulis (Filipi 4: 4).
                 Lalu, ”Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
                 permohonan dengan ucapan syukur.”  (Filipi  4:  6).  Dengan  demikian,  kita  akan
                 mengalami damai sejahtera Allah (Filipi 4: 7). Damai sejahtera, dalam bahasa Ibrani,
                 syalom, bukan berarti hidup bebas dari kesulitan, tetapi  kita dapat merasakan
                 ketenangan, kententraman, dan sukacita, sekalipun dalam kesulitan dan masalah.
                 Jadi, damai sejahtera itu terletak di dalam hati kita, bukan di luar diri kita. Damai
                 sejahtera yaitu ketika kita dapat bersyukur untuk segala apa yang terjadi dan yang
                 kita hadapi dalam hidup ini.
                    Damai sejahtera dapat dilihat pada kehidupan Rasul Paulus. Sekalipun ia
                 dipenjara, artinya secara fisik ia juga mungkin sedang menderita, tetapi ia tetap
                 tegar, tidak putus asa, dan yang terpenting ia tidak kehilangan sukacita dan rasa
                 syukur. Bahkan lebih dari itu, ia juga tetap bisa menjadi berkat bagi jemaat di
                 Filipi,  Efesus,  dan Tesalonika.  Melalui  suratnya,  ia  menghibur  dan  menguatkan
                 jemaatnya dalam menghadapi masalah hidup mereka. Rasul Paulus pun menulis,



                  86        Kelas VIII SMP
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100