Page 30 - Salinan dari BAHAN AJAR SEJARAH PEMIKIRIAN PIAGAM PBB DAN PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945
P. 30
Bahan Ajar Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955. Untuk Siswa SMA/MA Kelas XI IPS
d. Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955 (Akhir Peristiwa
Gedoran Depok 1945)
Serangan-serangan yang dilancarkan oleh pasukan
NICA membuat para pejuang kesulitan merebut Depok
dari Belanda dan NICA. Depok masih berada dibawah
kekuasaan Belanda sampai tahun 1949, dimana Belanda
sudah mengakui kemerdekaan Indonesia. Sejak tahun
1948, orang-orang Depok yang mengungsi ke Kedung
Halang, mulai kembali ke Depok bersama keluarganya.
Kekuasaan Gementee Bestuur Depok pun berakhir
orang-orang Depok yang mengungsi di Kedung Halang,
ketika terjadinya peristiwa gedoran Depok 1945 diberi
pilihan untuk ikut ke Belanda atau tetap menetap di
Depok.
Pada tanggal 8 April 1949, pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan keputusan tentang penghapusan
tanah partikelir di seluruh Indonesia. Pada 15 Oktober
1951 diadakan pertemuan antara Residen Bogor dengan
J.M Jonathans, ketua Gementee tanah partikelir Depok.
Pertemuan tersebut membahas tentang kesepakatan,
bahwa tanah partikelir Depok kepada pemerintah
Republik Indonesia.
Pada tanggal 7 Desember 1949 Gementee Bestuur
Depok berakhir, tetapi JM. Jonathan masih menjadi
presiden sampai tahun 1949. Lebih tepatnya JM.
Jonathan menjadi presiden terkahir sampai tahun 1949,
dan menjadi ketua Gementee Bestur Depok dan ketua
Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein sampai tahun
1952. Semua peristiwa ini berakhir setelah pergolakan
bambu runcing di Depok tahun 1955 berakhir.
Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955 23