Page 186 - BUKU LAPORAN KINERJA DPR RI TAHUN SIDANG 2022
P. 186

pada nomor 26 (dua puluh enam), dengan status usulan pemerintah. Terhadap Pokok
                            Permohonan, DPR RI dalam Keterangannya mendalilkan dengan jelas beserta lampiran
                            risalah pembahasan UU a quo, antara lain melalui poin-poin berikut:
                            a)   DPR RI berpandangan bahwa setiap negara mempunyai karakteristik tersendiri
                                 dalam memutuskan suatu pelegalisasian terhadap ganja atau minyak ganja
                                 untuk pelayanan kesehatan yang termasuk dalam golongan narkotika. Dengan
                                 mengingat bahwa untuk melegalisasikan ganja dibutuhkan penelitian secara
                                 ilmiah yang jelas dengan ilmu pengetahuan yang pasti dan membutuhkan waktu
                                 untuk melakukan penelitian tersebut, sehingga tidak dapat langsung serta merta
                                 dipersamakan karakteristik beberapa negara dengan negara Indonesia dalam
                                 melakukan pelegalisasian terhadap minyak ganja untuk pelayanan kesehatan,
                                 melainkan harus melalui beberapa tahapan terlebih dahulu, termasuk tahapan
                                 penelitian ilmiah.
                            b)   Ketentuan pasal-pasal a quo yang dimohonkan juga dapat dikategorikan sebagai
                                 open legal policy pembentuk undang-undang karena pembentuk undang-undang
                                 diberikan keleluasaan dalam menentukan suatu aturan, larangan, kewajiban
                                 atau batasan-batasan yang dimuat dalam suatu norma undang-undang yang
                                 sedang dibuat yang merupakan pilihan kebijakan pembuat undang-undang
                                 sepanjang norma tersebut tidak bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945,
                                 tidak melampaui kewenangan pembentuk undang-undang, dan tidak merupakan
                                 penyalahgunaan kewenangan.
                            c)   Ketentuan pasal-pasal a quo yang dipermasalahkan dengan peristiwa-peristiwa
                                 yang didalilkan para Pemohon bukanlah persoalan konstitusionalitas yang menjadi
                                 ranah Mahkamah Konstitusi, namun persoalan-persoalan tersebut merupakan
                                 persoalan kemanusiaan yang tetap menjadi masalah yang harus dicarikan jalan
                                 keluarnya bagi pembentukan hukum ke depan, ius contituendum.
                            d)   Pemerintah melalui lembaga ilmu pengetahuan yang mendapat izin Menteri
                                 Kesehatan diharapkan tetap melakukan kajian ilmiah terhadap perkembangan
                                 hasil penelitian yang dilakukan WHO – Expert Committee on Drug Dependence
                                 dan penelitian-penelitian lainnya yang terkait, dengan menggunakan metode
                                 ilmiah yang kredibel sebagaimana amanat Pasal 8 ayat (2) jo. Pasal 13 ayat (1)
                                 UU Narkotika.


                            Setelah mendengarkan Keterangan Para Pemohon, DPR RI, Presiden, ahli dan saksi,
                            maka pada tanggal 20 Juli 2022 Mahkamah Konstitusi telah memutus dengan amar
                            putusan selengkapnya sebagai berikut:


                            Amar Putusan:
                            1.   Menyatakan permohonan Pemohon V dan Pemohon VI tidak dapat diterima.
                            2.   Menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya.




 184 | Penanganan Perkara Pengujian Undang-Undang Terhadap UUD 1945  Laporan Kinerja DPR RI Tahun Sidang 2021--2022 | 185
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191