Page 102 - BUKU JUDICAL RIVIEW PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI ATAS PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
P. 102

dikatakan mewakili Partai Gerindra. Pemohon di dalam permohonannya merasa        G.  PENUTUP
                dirugikan hak konstitusionalnya dengan berlakunya Pasal  a quo  karena              Bahwa Putusan MK merupakan putusan yang bersifat final dan mengikat (tidak
                membatasi  hak  konstitusional  Pemohon untuk mendapatkan  calon  alternatif        ada upaya  hukum lain yang dapat  ditempuh)  serta  langsung memperoleh
                Presiden dan Wakil Presiden, karena besar kemungkinan hadirnya calon tunggal        kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk
                (satu  pasangan calon),  menurut  Mahkamah, hal  tersebut  tidaklah  beralasan,     umum dan bersifat erga omnes (berlaku bagi setiap orang) yang wajib dipatuhi
                karena Pemohon telah  mengetahui  hasil  hak  pilihnya  dalam  Pemilu legislatif    dan langsung dilaksanakan (self executing) oleh seluruh organ  penyelenggara
                Tahun 2019 akan digunakan juga sebagai bagian dari persyaratan ambang batas         negara, organ penegak hukum, dan warga Negara. Oleh karena itu, Putusan MK
                pencalonan Presiden pada Pemilu Tahun 2024 yang hanya dapat diusulkan oleh          dalam Perkara  Nomor  66/PUU-XIX/2021  yang  menyatakan permohonan
                partai  politik atau  gabungan partai politik peserta  Pemilu,  sehingga tidak      Pemohon  tidak dapat  diterima  sepanjang  pengujian  Pasal  222  UU  7/2017
                terdapat kerugian konstitusional yang dialami oleh Pemohon. Persoalan jumlah        mengandung arti bahwa ketentuan pasal a quo tidak bertentangan dengan UUD
                pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden  yang akan berkontestasi  dalam          NRI Tahun 1945 dan tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat.
                pemilihan  Presiden dan  Wakil  Presiden tidak berkorelasi  dengan norma Pasal
                222  UU  7/2017, karena norma  a quo  tidak  membatasi jumlah pasangan  calon
                Presiden dan  Wakil  Presiden yang  berhak mengikuti  pemilihan  Presiden dan
                Wakil  Presiden. Dengan demikian,  selain Pemohon tidak  memiliki  kerugian
                konstitusional dengan  berlakunya  norma  Pasal 222  UU 7/2017,  tidak terdapat
                hubungan sebab akibat norma a quo dengan hak konstitusional Pemohon sebagai
                pemilih dalam Pemilu. Adapun berkenaan dengan kedudukan Pemohon sebagai
                Wakil  Ketua Umum  Partai  Gerindra  sehingga memiliki  hak  untuk dipilih,
                Pemohon di dalam persidangan pendahuluan tanggal 6 Januari 2022 menyatakan
                diri  bukan sebagai  pihak  yang  mewakili  Partai  Gerindra sehingga tidak
                melampirkan surat izin  dari  partai [vide  risalah persidangan tanggal  6 Januari          PUSAT PEMANTAUAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
                2022, hlm. 7], selain itu Pemohon  tidak  pula  menjelaskan sebagai pihak  yang                             BADAN KEAHLIAN
                mendapat dukungan atau dicalonkan sebagai Presiden atau Wakil Presiden dari                           SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI
                Partai Gerindra atau gabungan partai  lainnya serta  tidak  terdapat  bukti yang                                 2022
                berkenaan dengan syarat pencalonan. Oleh karena itu, menurut Mahkamah, tidak
                terdapat  kerugian konstitusional  sebagaimana  yang dimaksud oleh Pemohon,
                seandainya  Pemohon didukung oleh Partai  Gerindra atau  gabungan partai
                lainnya  untuk  mencalonkan diri  sebagai Presiden  dan Wakil  Presiden  maka
                semestinya  Pemohon menunjukkan bukti dukungan itu kepada Mahkamah.
                Berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, menurut Mahkamah, Pemohon tidak
                memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo.
                [3.7]  Menimbang  bahwa  meskipun  Mahkamah  berwenang  mengadili
                permohonan  a quo,  namun dikarenakan  Pemohon tidak  memiliki  kedudukan
                hukum   untuk  mengajukan  permohonan  a   quo,  Mahkamah  tidak
                mempertimbangkan pokok permohonan.

             F.  AMAR PUTUSAN
                Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.





                                             102
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107