Page 103 - BUKU JUDICAL RIVIEW PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI ATAS PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
P. 103

dikatakan mewakili Partai Gerindra. Pemohon di dalam permohonannya merasa   G.  PENUTUP
 dirugikan hak konstitusionalnya dengan berlakunya Pasal  a quo  karena   Bahwa Putusan MK merupakan putusan yang bersifat final dan mengikat (tidak
 membatasi  hak  konstitusional  Pemohon untuk mendapatkan  calon  alternatif   ada upaya  hukum lain yang dapat  ditempuh)  serta  langsung memperoleh
 Presiden dan Wakil Presiden, karena besar kemungkinan hadirnya calon tunggal   kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk
 (satu  pasangan calon),  menurut  Mahkamah, hal  tersebut  tidaklah  beralasan,   umum dan bersifat erga omnes (berlaku bagi setiap orang) yang wajib dipatuhi
 karena Pemohon telah  mengetahui  hasil  hak  pilihnya  dalam  Pemilu legislatif   dan langsung dilaksanakan (self executing) oleh seluruh organ  penyelenggara
 Tahun 2019 akan digunakan juga sebagai bagian dari persyaratan ambang batas   negara, organ penegak hukum, dan warga Negara. Oleh karena itu, Putusan MK
 pencalonan Presiden pada Pemilu Tahun 2024 yang hanya dapat diusulkan oleh   dalam Perkara  Nomor  66/PUU-XIX/2021  yang  menyatakan permohonan
 partai  politik atau  gabungan partai politik peserta  Pemilu,  sehingga tidak   Pemohon  tidak dapat  diterima  sepanjang  pengujian  Pasal  222  UU  7/2017
 terdapat kerugian konstitusional yang dialami oleh Pemohon. Persoalan jumlah   mengandung arti bahwa ketentuan pasal a quo tidak bertentangan dengan UUD
 pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden  yang akan berkontestasi  dalam   NRI Tahun 1945 dan tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat.
 pemilihan  Presiden dan  Wakil  Presiden tidak berkorelasi  dengan norma Pasal
 222  UU  7/2017, karena norma  a quo  tidak  membatasi jumlah pasangan  calon
 Presiden dan  Wakil  Presiden yang  berhak mengikuti  pemilihan  Presiden dan
 Wakil  Presiden. Dengan demikian,  selain Pemohon tidak  memiliki  kerugian
 konstitusional dengan  berlakunya  norma  Pasal 222  UU 7/2017,  tidak terdapat
 hubungan sebab akibat norma a quo dengan hak konstitusional Pemohon sebagai
 pemilih dalam Pemilu. Adapun berkenaan dengan kedudukan Pemohon sebagai
 Wakil  Ketua Umum  Partai  Gerindra  sehingga memiliki  hak  untuk dipilih,
 Pemohon di dalam persidangan pendahuluan tanggal 6 Januari 2022 menyatakan
 diri  bukan sebagai  pihak  yang  mewakili  Partai  Gerindra sehingga tidak
 melampirkan surat izin  dari  partai [vide  risalah persidangan tanggal  6 Januari   PUSAT PEMANTAUAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
 2022, hlm. 7], selain itu Pemohon  tidak  pula  menjelaskan sebagai pihak  yang   BADAN KEAHLIAN
 mendapat dukungan atau dicalonkan sebagai Presiden atau Wakil Presiden dari   SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI
 Partai Gerindra atau gabungan partai  lainnya serta  tidak  terdapat  bukti yang   2022
 berkenaan dengan syarat pencalonan. Oleh karena itu, menurut Mahkamah, tidak
 terdapat  kerugian konstitusional  sebagaimana  yang dimaksud oleh Pemohon,
 seandainya  Pemohon didukung oleh Partai  Gerindra atau  gabungan partai
 lainnya  untuk  mencalonkan diri  sebagai Presiden  dan Wakil  Presiden  maka
 semestinya  Pemohon menunjukkan bukti dukungan itu kepada Mahkamah.
 Berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, menurut Mahkamah, Pemohon tidak
 memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo.
 [3.7]  Menimbang  bahwa  meskipun  Mahkamah  berwenang  mengadili
 permohonan  a quo,  namun dikarenakan  Pemohon tidak  memiliki  kedudukan
 hukum  untuk  mengajukan  permohonan  a  quo,  Mahkamah  tidak
 mempertimbangkan pokok permohonan.

 F.  AMAR PUTUSAN
 Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.





                                              103
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108