Page 24 - BUKU JUDICAL RIVIEW PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI ATAS PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
P. 24

permohonan Permohon beserta  alat-alat  bukti yang diajukan,  keterangan DPR,   [3.17.2] Bahwa perspektif perdamaian a quo merupakan instrumen fundamental
 keterangan  Presiden,  keterangan  Pihak  Terkait  Mahkamah Agung, keterangan   yang menjadi  parameter  keberhasilan permohonan PKPU. Sebab,  tujuan yang
 Pihak Terkait IKAPI, dan keterangan Pihak Terkait AKPI, Mahkamah selanjutnya   paling hakiki  dimohonkannya permohonan  PKPU adalah  untuk mencapai
 mempertimbangkan dalil-dalil permohonan Pemohon sebagai berikut:   kesepakatan antara debitor dan kreditor dalam  rencana  menyelesaikan  utang
 [3.17.1] Bahwa berkenaan dengan permohonan PKPU tidak dapat dilepaskan dari   debitor baik sebagian atau seluruhnya serta dilakukannya restrukturisasi utang-
 keadaan keuangan seorang debitor yang mengalami  kesulitan, sehingga   utang debitor tersebut. Oleh karena itu,  kesepakatan adanya perdamaian atas
 berpotensi adanya  ketidakmampuan membayar  utang-utangnya  dan oleh   rencana  penyelesaian utang dan  restrukturisasi  utang debitor dimaksud
 karenanya diperlukan beberapa upaya antara lain:   meskipun  berasal dari  kedua  belah pihak, debitor dan kreditor,  akan tetapi
 1.  mengadakan perdamaian di luar pengadilan dengan para kreditornya atau di   debitorlah  yang sesungguhnya  mengetahui  secara  pasti tentang keadaan
 dalam pengadilan apabila debitor digugat secara perdata;   kemampuan keuangannya  yang  kemudian dijadikan bagian pada klausula-
 2.  mengajukan permohonan PKPU  termasuk  mengajukan perdamaian  dalam   klausula dalam  mengajukan  skema  pembayaran  kepada  kreditor. Dengan
 PKPU;          demikian, filosofi permohonan PKPU secara natural awalnya hanya menjadi hak
 3.  mengajukan permohonan agar debitor dinyatakan pailit  oleh pengadilan   dari debitor  adalah  berkenaan dengan argumentasi bahwa  hanya  debitorlah
 termasuk mengajukan perdamaian dalam kepailitan.   sesungguhnya  yang mengetahui  kemampuan pembayaran  atas  utang-utangnya.
 Berkenaan dengan beberapa  alternatif  di  atas,  salah satu  pilihan terbaik   Oleh karena  itu,  persoalan mendasar  yang harus  diuraikan  oleh Mahkamah
 yang dapat dilakukan oleh debitor adalah dengan mengajukan permohonan PKPU   selanjutnya  adalah berkenaan dengan permohonan PKPU  yang diajukan oleh
 kepada pengadilan  niaga. Sebab,  pilihan  demikian sama  halnya dengan debitor   kreditor.
 akan mendapatkan kesempatan untuk menata kembali kemampuan keuangannya   [3.17.3] Bahwa berkaitan dengan permohonan PKPU yang diajukan oleh kreditor
 dan pada akhirnya dapat dihindari akibat fatal yang dialami debitor pailit. Oleh   secara terminologi adalah hak yang diberikan kepada kreditor untuk mengajukan
 karena itu, debitor mendapat kesempatan untuk menata kelangsungan usahanya   permohonan dengan alasan kreditor memperkirakan bahwa debitor tidak dapat
 serta  memperoleh  manfaat waktu,  ekonomi, dan kepastian hukum.  Dengan   melanjutkan pembayaran  utangnya yang sudah  jatuh waktu dan  dapat  ditagih,
 mendapatkan kesempatan untuk mengajukan permohonan PKPU, debitor dapat   dengan memohon agar debitor diberi penundaan kewajiban pembayaran utang,
 bermusyawarah  dengan  para kreditor tentang  cara-cara pembayaran  utangnya   untuk memungkinkan debitor mengajukan  rencana perdamaian yang meliputi
 dengan memberikan rencana  pembayaran seluruh atau  sebagian utangnya,   tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditornya [vide Pasal
 termasuk apabila  diperlukan dan disepakati untuk melakukan restrukturisasi   222 ayat  (3) UU  37/2004].  Lebih lanjut, secara  doktriner dapat  dijelaskan,  hak
 atas utang-utang debitor tersebut.   untuk mengajukan  permohonan  PKPU  oleh kreditor didasarkan  pada
 Bahwa berkenaan dengan  permohonan  PKPU  dalam  Undang-Undang   pertimbangan salah  satunya  penerapan asas  keseimbangan dan asas  keadilan.
 Nomor 4  Tahun  1998 tentang  Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti   Artinya,  apabila  debitor benar-benar mengalami kesulitan untuk melakukan
 Undang-Undang Nomor  1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas  Undang-Undang   rencana  pembayaran atas utangnya  terhadap  kreditor maka kepada kreditor
 tentang Kepailitan Menjadi Undang-Undang (UU 4/1998)  yang menjadi “cikal   diberi  hak  untuk mengajukan permohonan  PKPU  agar debitor tidak  dalam
 bakal” UU 37/2004 pada dasarnya hanya memberikan hak kepada debitor untuk   keadaan yang semakin sulit  di  dalam menyelesaikan utang-utangnya, sehingga
 mengajukan permohonan PKPU dengan  alasan debitor tidak  dapat  atau   dapat  dihindari adanya kepailitan.  Oleh karena itu,  “niat baik” dari kreditor
 memperkirakan bahwa debitor tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-  seharusnya  tidak boleh  tercederai  oleh tujuan lain yang justru  akan
 utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih [vide Pasal 212 UU 4/1998].   menghadapkan debitor dalam  posisi dapat  kehilangan kesempatan untuk
 Namun, dalam ketentuan Pasal 222 ayat (1) UU 37/2004 permohonan PKPU tidak   melanjutkan kelangsungan usahanya dan “terjebak” dalam keadaan pailit.
 hanya diajukan  debitor,  akan tetapi  juga dapat  diajukan oleh kreditor.  Hal   Berdasarkan  pertimbangan hukum  tersebut  di atas,  menjadi sangat
 demikian yang kemudian menimbulkan persoalan yang disebabkan adanya   penting untuk  memberikan penegasan bahwa sepanjang permohonan PKPU
 ketidaksesuaian  antara tujuan permohonan  PKPU, yang semula  adalah  menjadi   masih dapat diajukan oleh kreditor perlu dilakukan kontrol atas itikad baik dari
 instrumen bagi  debitor di  dalam menghindari adanya  kepailitan dengan   kreditor agar benar-benar tidak  mencederai “niat baik” tersebut, sehingga
 mengajukan permohonan PKPU, namun pada kenyataannya akibat pailit tersebut   eksistensi  debitor yang menjadi  bagian dari  pelaku  usaha yang  turut  berperan
 tidak dapat dihindari apabila permohonan PKPU diajukan oleh kreditor dan tidak   dalam menjaga stabilitas ekonomi tetap terjaga kelangsungan  usahanya  dan
 diperoleh adanya perdamaian.   justru  tidak  disalahgunakan.  Dengan demikian,  kepastian hukum  instrumen


                                               17
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29