Page 73 - MAJALAH 177
P. 73
PR OFIL
Endang seperti sedang mati suri.
Sempat diberi susu kambing
untuk imunitasnya, ia kemudian
tumbuh sehat kembali. Sementara
kehidupan ekonomi keluarganya
serba pas-pasan. Akhirnya, sang
ibu ikut berjuang menghidupkan
ekonomi keluarga dengan
berjualan kue.
Endang dan semua adiknya tak
begitu dekat dengan sang ayah
yang hampir tak pernah ada di
tengah keluarga. Ketika sang ayah
pulang ke rumah, Endang dan
adik-adiknya tak mengenal. Ia
merasa asing melihat sang ayah Endang di tengah masyarakat. Foto: Dok/OD
yang pulang dari dinas militernya.
Ayah selalu pergi menjalankan SUKA PERMAINAN LAKI-LAKI apa cita-citanya sewaktu kecil,
tugas negara setiap kali ibundanya Ekonomi keluarga yang serba pas- Endang menjawab, dulu ingin
hamil. Sampai anaknya lahir, ayah pasan membuat Endang sebagai sekali jadi polisi atau perawat.
tak menampakkan wajahnya di anak sulung harus membantu Menjadi polisi dilarang ayahnya,
hadapan anak-anak. Jadi wajar tak ibundanya menafkahi keluarga. karena sang ayah sudah menjadi
mengenal raut wajah ayah. Pernah ketika masih SD dahulu, ia tentara. Ibundanya menyarankan
“Pernah ayah saya pulang bersekolah sambil menggendong jadi guru. Tapi melihat profesi
dari Kalimantan. Konon sampai adiknya. Bahkan, bersama adik perawat pun ia suka.
rambutnya panjang. Kami belum yang digendongnya itu, ia berjualan Waktu terus berlalu. Lulus SMP
pernah ketemu. Jadi, saya bersama balon di sekolah. Sejak usia belia, tahun 1981, Endang melanjutkan
adik-adik saya berdelapan jarang Endang kecil sudah disibukkan studi ke Semarang. Ia ingin
sekali ketemu dengan ayah. Ibu membantu ibunda tercinta mencari mengejar cita-citanya sendiri
sedang hamil ditinggal pergi. nafkah dan mengurus ketujuh menjadi perawat. Endang muda
Ketika ayah pulang lagi, anak-anak adiknya. masuk sekolah perawat dengan
sudah besar. Jadi, kan, tidak pernah Sementara bicara permainan ikatan dinas. Sayangnya, di sini ia
melihat ayahnya. Itu yang terjadi kesukaanya ketika kecil dahulu, hanya setahun. Pasalnya, ada polisi
pada keluarga kami,” ungkap Endang malah gemar bermain kawan pamannya yang tertarik
Endang, menceritakan kondisi permainan laki-laki. Apalagi, dan mengajaknya nikah. Endang
keluarga. ayahnya waktu itu ingin punya tak mau. Karena persoalan itu,
Sebagai seorang tentara, ayahnya anak laki-laki. Jadi hampir ia memutuskan berhenti sekolah
pun kerap berpindah-pindah lokasi semua permainan laki-laki bisa perawat. Lalu, pulang kampung ke
tugas dan membawa keluarganya dimainkannya. Sebut saja sepak Wonogiri dan melanjutkan di SMK
pindah tempat tinggal. Endang bola, lari maraton dan sprint, Sudirman 1.
merasakan betul hidup nomaden. sampai lompat jauh ia bisa. Ketika Endang berprinsip, kaum
Ayahnya pernah memboyong bersekolah di SMPN 2 Wonogiri, perempuan hendaknya tidak
keluarga ke Ibu Kota dan tinggal Endang kecil sudah terkenal terjebak pada keinginan nikah
di kawasan Jakarta Selatan. Saat sebagai pelari maraton, pelari cepat muda. Ia harus memberdayakan
memasuki usia sekolah, Endang (sprint), dan pesepak bola. diri terlebih dalu, baru kemudian
pun bersekolah di sebuah SD di Bahkan, mengotak-atik menikah di usia dewasa. Di SMEA
bilangan Kebayoran Lama. Jelang listrik, mereparasi TV, sampai Sudirman, duduk kembali di kelas
lulus SD tahun 1978, keluarganya membetulkan genting di atap 1 hingga menamatkannya pada
pindah kembali ke kampung rumah, ia bisa. “Sejak kecil, apa tahun 1985. Walau sesungguhnya
halamannya di Wonogiri. Endang yang saya lihat saya bisa kerjakan. Endang sosok pemalu, tapi ia
menamatkan SD-nya di SDN Bahkan, dulu otak-atik TV, listrik, termasuk siswa berprestasi. Tidak
Wonoboyo 1, Wonogiri. naik genting itu saya sendiri,” saja berprestasi, Endang juga
akunya tersenyum. Ketika ditanya sangat religius.
TH. 2019 EDISI 177 PARLEMENTARIA 73