Page 135 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 135
Keistimewan Yogyakarta
Setelah KNID Yogyakarta terbentuk, segera mereka me-
rumuskan parlemen provinsi dan tahun 1946 sudah berhasil
mendudukkan anggota dewan lewat perwakilan proporsional
dari unsur-unsur partai dan organisasi. Ada hal yang cukup
menarik tentang komposisi anggota dewan antara 1946 dan
setelah peristiwa Madiun 1948. Tidak jelas landasan pengang-
katannya karena ada 4 partai yang memiliki wakil terbanyak
dalam parlemen, begitu juga organisasi massa. Komposisi ini
mengalami perubahan secara drastis pasca peristiwa Madiun,
yang mana unsur organisasi massa dan kelompok ‘kiri’ telah
dipangkas habis hanya menyisakan PSI. Berikut komposisi ang-
gota dewan pada tahun 1946 dan pasca peristiwa Madiun 1948.
Tabel 1. Komposisi Kursi Parlemen Yogyakarta
Berdasarkan Maklumat No. 18, 1946 (atas) dan Setelah Peristiwa
Madiun 1948 (bawah) 19
No. Partai Kursi Persentase Organisasi Kursi Persentase
Politik Massa
1 Partai 7 (11,67%) GPII 5 (8,33%)
Sosialis
2 Masyumi 7 (11,67%) Sobsi 6 (10%)
3 PNI 7 (11,67%) BTI 6 (10%)
4 PBI 7 (11,67%) Pesindo 5 (8,33%)
5 Parkindo 3 (5%) Perwari 3 (5%)
6 PKRI/Partai 3 (5%) - -
Katholik
7 Parkri 1 (1,67%) - -
Total 35 58,33 25 41,67
No. Partai Politik Kursi Persentase
1 Masyumi 25 (35,71%)
2 PNI 18 (25,71%)
3 GKR 14 (20%)
4 PKRI/Partai Katholik 6 (8,57%)
5 Parkindo 4 (5,71%)
6 PSI 3 (4,29%)
Total 70 100%
112

