Page 79 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 79
66 Aristiono Nugroho, dkk.
tuhan hidup dan aktivitasnya.
Acuan normatif ini dilengkapi dengan acuan teknis yang
disebut dengan “Siklus Agraria”, yang terdiri dari: (1) untuk
mensertipikatkan hak atas tanahnya, maka masyarakat akan
dilayani oleh petugas tata usaha; (2) hak atas tanah dapat dipro-
ses bila tidak bertentangan dengan ketentuan landreform, seperti
ketentuan batas maksimum dan ketentuan absentee; (3) dan
tidak bertentangan dengan ketentuan tata guna tanah, seperti
ketentuan pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup serta tidak
menelantarkan tanah; (4) selanjutnya bidang tanah tersebut
diselidiki riwayat kepemilikannya agar dapat ditetapkan jenis
hak atas tanahnya; (5) setelah hak atas tanah ditetapkan, lalu
hak atas tanah itu didaftar dengan menggunakan prosedur pen-
daftaran tanah, yang meliputi pencatatan dalam sertipikat hak
atas tanah (termasuk buku tanah dan surat ukur); (6) sertipikat
hak atas tanah serta buku tanah dan surat ukur kemudian di-
administrasikan oleh petugas tata usaha; (7) akhirnya buku tanah
dan surat ukur diarsipkan, sedangkan sertipikat hak atas tanah
diserahkan kepada masyarakat atau orang yang memegang hak
atas tanah.
Sejak akhir tahun 2012, BPN-RI memiliki acuan normatif
dalam melaksanakan tugas pengelolaan pertanahan, yang diramu
dalam suatu “paket” yang disebut “Sapta Tertib Pertanahan”,
yang terdiri dari: (1) tertib administrasi, (2) tertib anggaran, (3)
tertib perlengkapan, (4) tertib perkantoran, (5) tertib kepega-
waian, (6) tertib disiplin kerja, dan (7) tertib moral. Dengan
berbekal “Sapta Tertib Pertanahan”, maka pegawai BPN-RI dido-
rong untuk memberi pelayanan terbaiknya di bidang pertanahan
kepada masyarakat.
Sesungguhnya “Catur Tertib Pertanahan”, “Siklus Agraria”,

