Page 9 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 9

viii  Land Reform Dari Masa Ke Masa

            dihadapkan pada hal yang serupa. Hak-hak asli rakyat
            yang berdasarkan hukum adat semakin terdesak dan
            sekarang dalam posisi defensif melawan hak-hak baru
            berdasarkan ketentuan hukum tertulis yang diberikan
            oleh negara, yang tercermin dalam berbagai konflik
            agraria di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini sangat
            ironis dengan Penjelasan Undang-undang Pokok Agraria
            (UUPA) 1960 yang telah mengecam peraturan
            perundang-undangan kolonial karena mengandung
            dualisme hukum yang tidak sesuai dengan cita-cita
            persatuan bangsa dan tidak menjamin kepastian hukum
            bagi rakyat asli. Pengulangan kembali itu berwujud
            konflik hukum agraria nasional (dalam arti luas
            termasuk hukum kehutanan, perairan dan pesisir pantai,
            mineral dan gas bumi) yang dibuat oleh negara
            berhadap-hadapan dengan hukum-hukum rakyat (adat)
            yang secara formal dilindungi oleh UUPA. Ini berarti
            telah muncul “dualisme hukum” dalam bentuk baru
            “state-law” dan “adat laws”.
                 Dalam buku ini terungkap terjadinya pengabaian
            terhadap hak-hak agraria yang berbasis hukum adat
            serta hak-hak baru yang berdasarkan perundang-
            undangan agraria dalam rangka pelaksanaan land re-
            form. Sebaliknya negara dengan kelengkapan penegak
            hukumnya lebih mementingkan hak-hak baru yang
            mendukung kepentingan pemilik modal besar. Hal ini
            telah melestarikan konflik yang berkepanjangan,
            mengoyak persatuan bangsa, tidak menjamin kepastian
            hukum yang tak pernah jeda antara negara, pemilik
            modal dan rakyat sepanjang sejarah agraria Indonesia.
                 Berbagai program land reform dan sejenisnya layu
            sebelum berkembang. Berbagai peraturan hukum yang
            bermaksud mengatur lebih lanjut land reform yang
            memihak pada kepentingan terbesar rakyat (petani)
            tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, sementara
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14