Page 186 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 186
bawah tekanan (pendekatan target), bukan FS bersedia
bekerja optimal dengan pengawasan minimal yang artinya
bahwa FS harus menuntaskan persoalan lapangan sesuai
kapasitasnya (pendekatan tanggungjawab). Peningkatan
kapasitas justru bukan tentang bagaimana proses-proses di
lapangan dilakukan, tetapi lebih kepada bagaimana input
data yang sudah tersedia dalam petunjuk teknis. Narasumber
pembekalan pemberdayaan bukan pula dari praktisi yang
berpengalaman melainkan akademisi dan pejabat yang
berjarak jauh dari dinamika lapangan.
Apresiasi terhadap FS juga semakin menurun dari tahun ke
tahun, nilai dan beban kerja yang diberikan tidak sebanding
menurut target jumlah dan waktu, kecenderungannya
jumlah SRA semakin banyak dengan waktu semakin
singkat. Kerja-kerja pemberdayaan bukan kerja mesin, tidak
dapat dipercepat karena dinamika lapangan. Jika ada kerja
pemberdayaan yang dapat dilakukan sesingkat-singkatnya,
justru layak diragukan, sesungguhnya: pemberdayaan atau
pemaksaan.
Jika pengemban Reforma Agraria sengaja memilih lokasi
yang telah mapan dan berkembang agar target waktu
dapat dipersingkat, maka hal itu sama saja mengingkari
makna pemberdayaan karena menguatkan yang sudah
kuat, dengan kata lain pengemban Reforma Agraria tidak
bekerja sama sekali dan penghamburan anggaran (APBN
adalah uang rakyat sehingga harus kembali ke rakyat
dalam bentuk pelayanan secara maksimal), namun kondisi
seperti ini justru tampak sebagai keberhasilan karena angka
kenaikan pendapatan SRA tinggi meskipun bukan akibat
pemberdayaan yang minimalis.
Apresiasi yang rendah terhadap kinerja FS akan membawa
dampak berupa krisis FS, pekerjaan ini tidak menarik,
terlebih kepekaan Gen Z terhadap hak-hak pekerja dan
relasi kerja lebih tinggi daripada generasi sebelumnya dan
terkadang karakter Gen Z lebih rumit dipahami oleh generasi
BAB IV 171
Evaluasi dan Rekomendasi Penataan Akses