Page 286 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 286

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        ke-11 (sebelas) yang lahirnya diilhami oleh Ketetapan MPR
                        No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Penge-
                        lolaan Sumber Daya Alam, yaitu: mengembangkan dan
                        memperbaharui  politik, hukum,  dan kebijakan  perta-
                        nahan.  Agenda  Prioritas  tersebut kemudian  dibingkai
                        dalam sebuah kerangka kebijakan yaitu Reforma Agraria,
                        yang diterjemahkan ke dalam program atau yang kita ke-
                        nal dengan PPAN. Sebagaimana tujuan Reforma Agraria,
                        PPAN merupakan suatu proses yang berkesinambungan
                        berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemi-
                        likan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan dilaksa-
                        nakan dalam rangka tercapainya kepastian dan  perlin-
                        dungan hukum  serta keadilan  dan  kemakmuran  bagi
                        seluruh rakyat  Indonesia  (Tap  MPR-RI  No.  IX/MPR/
                        2001).  Secara umum, pelaksanaan program ini akan men-
                        cakup  empat  lingkup kegiatan  antara  lain;  penetapan
                        obyek;  penetapan subyek; mekanisme untuk distribusi
                        aset tanah; pengembangan access reform. Istilah  akses
                        reform mirip dengan gagasan Lipton (2009) yakni land-
                        reform plus (aset reform+akses reform) kemudian dipo-
                        pulerkan oleh Joyo Winoto yang kemudian diperkuat oleh
                        gagasan de Soto tentang menggerakkan aset agar mening-
                        katkan nilai ekonomi pemilik tanah (Soto, 2001).

                            Dalam konteks pembangunan nasional, PPAN diarah-
                        kan  untuk menjawab  permasalahan mendasar bangsa,
                        yaitu kemiskinan,  pengangguran, ketimpangan  sosial,
                        tanah terlantar, dan sengketa serta konflik pertanahan.
                        Melalui program ini, peran BPN tidak hanya sekedar seba-
                        gai lembaga yang  memproduksi sertif ikat tanah,  tapi

                         250
   281   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291