Page 27 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 27

BAB 02


                                       Masyarakat Adat

                                             dan tanahnya


                      “The white people think they are the only human beings.
                   We are also human beings, like them, and we want respect.”
                      - Davi Kopenawa (Pemimpin adat Yanomami dari Brasil)









            A.  Pengaturan Tanah Adat
            Menurut Sudarso, Miharja & Ahmad (2019), pengaturan tanah adat dapat
            diartikan  sebagai  kewajiban  negara  dalam  mengatur  hak  masyarakat
            hukum adat dalam pemanfaatan tanah, meskipun banyak kalangan yang
            meragukan eksistensinya terhadap perlindungan hak masyarakat adat.
            Sodiki  (1994)  dalam Ruslan (2021) menyebutkan  sekalipun kekayaan
            alam  telah  dikuras habis,  akan  tetapi masyarakat  adat masih kurang
            mendapatkan manfaatnya.
                Berbicara tanah berarti menyinggung agraria. Agraria dalam bahasa
            Inggris disebut sebagai “agrarian”, yang berarti tanah dan dikaitkan dengan
            berbagai jenis pertanian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Agraria”
            didefinisikan sebagai “urusan pertanahan dan atau tanah pertanian, serta
            kepemilikan atas tanah, dan “agrarius” berarti persawahan, perladangan,
            atau pertanian (azhar,  2023).  Kemudian Chadijah, Wardhani &  Imron
            (2020) mengatakan kata “Agraria” juga berasal dari kata Akker (Belanda),
            Agros (Yunani) yang memiliki arti tanah pertanian.
                Shebubakar & Raniah (2019) menyebutkan bahwa  tanah  adat
            merupakan bidang tanah yang terdapat hak ulayat di atasnya dari suatu
            masyarakat hukum adat tertentu. Guslina & Hanafiah (2016) menjelaskan
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32