Page 47 - Pengantar Filsafat Umum
P. 47
FILSAFAT UMUM 37
Dengan reduksi eiditis, Husserl ingin mencari eidos. Pencairan hakikat ini
diupayakan dengan mengenyampingkan segala segi dan aspek kebetulan,
dan sementara dalam suatu fenomena. Jadi, maksud hakikat adalah struktur
dasariah yang meliputi isi fundamental ditambah dengan sifat dan relasi
hakiki dengan kesadaran dan obyek-obyek lain yang disadari.
Proses reduksi eiditis mensyaratkan kelengkapan dan deskriptif.
Lengkap adalah melihat segala sesuatu yang ada dalam data secara eks-
plisit dan sadar. Sedangkan deskriptif berarti analisa harus menguraikan
segala yang dilihat. Semua unsur obyek harus dibentangkan, digambarkan
sesuai dengan hubungannya satu sama lain. Tetapi harus diingatkan bahwa
reduksi eidetis bersifat non-empirikal.
Untuk menentukan apakah sifat-sifat tertentu memang hakiki, Husserl
memakai prosedur variasi imajinasi dan andaian bebas. Contohnya manusia
sebagai makhluk berpanca-indera. Jika dikurangi atau ditambahi indera-
nya, apakah masih termasuk manusia.
Ketepatan analisa fenomenologis dapat diukur dengan kriteria
koherensi. Koherensi berarti ada kesesuaian antara subyek, obyek, tindakan
dan sifat. Koherensi juga berarti deretan tindakan harus berurut. Hingga
semuanya dapat disatukan dalam satu horizon. Kelihatanlah bahwa reduksi
eiditis dimaksudkan untuk mencapai ‘intuisi hakikat’, wesenschau.
Reduksi ketiga bukan lagi mengenai obyek atau fenomena, tetapi
merupakan wende zum subjekt (mengarah ke subyek), dan mengenai
terjadinya penampakan diri sendiri dan mengenai dasar-dasar dalam
kesadaran dikurung atau disisihkan. Yang tinggal ialah hanya tindakan
(act) kesadaran sendiri. Tindakan itu tidak sama dengan keadaan empiris,
yaitu sejauh ‘aku’ menyadari ‘diriku’ menurut pertalian dengan fenomena
tertentu. Tetapi lebih merupakan kesadaran yang ditemukan dalam reduksi
murni (cogito) atau transendental. Inilah yang dinamakan Husserl “Aku
Transendental”.
9. Eksistensialisme
Tokoh-tokoh terkemuka Eksistensialisme adalah Heidegger, Sartre,
Jaspers, Marcel dan Merleau-Point. Para tokoh eksistensialis, meskipun
mengembangkan filsafat yang berbeda, namun mereka tidak menyetujui
tekanan Husserl pada sikap obyektif. Terutama mereka tidak setuju dengan