Page 46 - Pengantar Filsafat Umum
P. 46
36 FILSAFAT UMUM
dukung metode ini. Awalnya Husserl mendalami ilmu pasti, belakangan
ia tertarik pada filsafat. Sejalan dengan makin digandrunginya ilmu
alami (natural sciences) pada abad 19 dan 20. Husserl ingin menjadikan
filsafat sebagai suatu sistem ilmu pengetahuan yang terbebas dari
prasangka metafisik. Sistim seperti ini tentu memerlukan pemahaman-
pemahaman dasariah yang jelas dan sistematika yang ketat.
Untuk mencapai obyek pengertian menurut keasliannya, maka
harus diadakan suatu pembersihan. Obyek itu harus dibersihkan dari
berbagai hal tambahan yang tidak substansial. Operasi itu disebut ‘reduksi’
atau ‘ephoce’. Ia juga memakai kata Einklammerung untuk upaya ini
yang berarti ‘ditempatkan antara dua kurung’, maksudnya segi-segi itu
sedapat mungkin tidak dipandang, tidak diperhatikan dulu. Penyaringan
ini termasuk menyisihkan unsur tradisi dan unsur-unsur yang tidak bisa
diuji. Untuk ini, Husserl menegaskan otonomi manusia.
Obyek penelitian ialah fenomena yang berupa data yang sederhana.
Fenomena di sini bukan dimaksudkan fenomena alamiah yang dapat
dicerap dengan observasi empiris, dan bukan pula fenomenologi pandangan,
seperti pandangan keagamaan. Fenomena dipahami lebih dalam arti asalnya
yang berasal dari bahasa Yunani phainomai artinya yang terlihat. Jadi fenomen
ialah data sejauh disadari dan sejauh masuk dalam pemahaman, atu
obyek justru dalam relasi dengan kesadaran.
Fenomenologi ingin mengadakan refleksi mengenai pengalaman
langsung sejauh bertindak secara dasar sengaja berhubungan dengan
obyek, misalnya: ‘saya melihat warna’ dan saya mencintai teman. Jadi
fenomenologi ingin menilik subyektifitas fundamentil yang termuat dalam
pengertian.
Dalam pengamatan fenomena ini secara intuitif, perhatian ditujukan
seluruh pada obyek dengan menyisihkan unsur-unsur subyektif seperti
perasaan, keinginan, pandangan. Subyek melupakan dirinya dan meng-
ambil sikap murni-obyektif. Berikutnya disisihkan juga unsur-unsur praktis.
Tidak ditanyakan guna atau manfaatnya, melainkan hanya apa adanya.
Disamping itu, segala pengertian diskursif seperti pemikiran, hipotesa,
pembuktian dan penyimpulan, juga disisihkan. Jelas bahwa semua proses
penyisihan ini merupakan upaya reduksi. Reduksi ini menyisihkan segala
keputusan tentang realitas dan idealitas.
Reduksi pokok kedua disebut reduksi eidetis. Eidos artinya hakikat.