Page 5 - Biografi Ir. Soekarno
P. 5
Ir. Soekarno adalah pemimpin yang “kharismatik”, memiliki semangat pantang
menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya.
Namun berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang demikian
ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus individu. Menjelang akhir kepemimpinannya
terjadi tindakan politik yang sangat bertentangan dengan UUD 1945, yaitu mengangkat Ketua
MPR (S) juga.
Soekarno seorang pemimpin yang visioner terlihat dari falsafah yang beliau terapkan
yakni falsafah Hasta Brata yakni: “Mulat laku jantraning condro” artinya, perjuangan beliau
demi mengubah kondsi Indonesia yang berada dalam kegelapan menjadi terang benderang
sebagaiman rembulan. Visi ini lah yang membuat Ir. Soekarno memiliki daya juang yang
totalitas dan pengorbanan yang sangat besar. Selanjutnya “Smara bhumi adi manggala”
seorang pemimpin harus bertekad mempertahankan serta menjadi pelopor pemersaatu bagi
kepentingan yang berbeda-beda secara kontinu, serta berperan dalam menciptakan
perdamaian.
Tercatat dalam buku sejarah bahwa Soekarno merupakan penggagas dari Pancasila,
dari sila-sila tersebut mencerminkan kecenderungan falsafah-falsafah yang beliau hidupi,
baik dari sila pertama yang berbicara ketuhanan hal ini tentunya menyanggah pemikiran
bahwa Soekarno seorang atesis, dan pad sila yang kedua yang bicara dari hal “kemanusiaan”
ini pun terrefleksi dalam kepemimpinannya tidak menyimpang dari perikemanusiaan,
keadilan dan peradapan. Itulah yang diteramkan dalam falsafah jawa yang disebut
mantriwira. Terlebih dalam nilai yang terkandung pada sila yang ke-tiga, Soekarno sebagai
pemersatu bangsa itu adalah roh dari perjuangan Soekarno. Berpijak dari sila ke-empat,
Soekarno tentunya memiliki pandangan bahwa rakyat harus dipimpin oleh seorang kepala
negara yang bijak dan mengutamakan musyawarah bukan otoriter, dalam hal ini ada falsafah
jawa yang diterapkanoleh Soekarno adalah wijaya dan dibyacitta, diman dengan bijaksana
seorang pemimpin harus menerima perwakilan dan mmusyawarah. Dan dari sila ke-lima bias
disimpimpulkan folosofi pemikiran Soekarno dengan keadilan dalam kepemimpinan rakyat
harus memiliki hak dan mendapatkan keadilan dalam bernegara.
Akhir Hidup Sang Proklamator
Pada saat itu, Soekarno telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah
menjalani serangkaian pengobatan di Wina, Austria pada tahun 1961. Di tahun 1964 Prof. Dr.
K Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal beliau di
angkat. Namun Soekarno menolak dan lebih memilih melakukan pengobatan tradisional.
Hingga tepatnya pada hari minggu, 21 Juni 1970 Ir Soekarno meninggal dunia di Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta. Beliau disemayamkan di
kediamannya di Wisma Yaso, Jakarta. Kemudian dimakamkan di Blitar, di dekat makam
ibundanya.
Bapak proklamasi ini sangat berjasa bagi kedamaian Indonesia seperti sekarang ini.
beliau rela mempertaruhkan hidupnya demi tanah air yang begitu beliau cintai. Bahkan
hingga beliau dipenjarakan, dibuang dan diasingkan pun tak ernah menyurutkan niatnya
untuk membela Indonesia merdeka.

