Page 10 - Cerpen Surabaya Bukan Kenangan
P. 10

“Iya benar, kamu Dinda, Dinda Hardinata.” Jawab bu
           Endah dengan tegas seraya menepuk pundak Dinda.

                  Dinda menoleh ke bangku sahabatnya, dan mereka
           mengacungkan kedua jempol mereka kepada Dinda sambil

           mengucap lirih,”bagus Dinda”. Dindapun melebarkan sedikit

           senyumannya sambil berucap pelan, “terima kasih ya.”
                  Bu  Endah,  memberikan  penguman  kembali  bahwa

           penampil terbaik akan mengikuti perlombaan baca puisi di
           tingkat  Kecamatan.  “Dinda  dan  Elang,  kalian  besok  ke

           rumah ibu ya, untuk latihan bersama!” ajak bu Endah.
                  “Iya, bu.” Jawab Elang dan Dinda.

           Hari perlombaan puisi pertama

                  Dinda dan Elang sudah mempersiapkan diri dengan
           latihan bersama di rumah bu Endah, mereka sudah cukup

           menguasai  bacaan  dan  ekspresinya.  Dinda  yang  semula

           adalah anak yang kurang percaya diri, kini dia mampu untuk
           tampil di depan orang banyak karena dukungan sahabatnya.

                  Pengumuman  hasil  seleksi  baca  puisi  tingkat
           kecamatanpun diumumkan melalui mikrofon panitia. Salah

           satu juri membacakan hasil perolehan nilai dari penampilan






                                                                               6
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15