Page 9 - Cerpen Surabaya Bukan Kenangan
P. 9

membacakan  puisi  yang  akan  ditampilkan  dengan  suara
           lirih.

                  Setelah beberapa teman Dinda maju ke depan untuk
           memperlihatkan kemampuan dan bakatnya, kini giliran dia

           untuk  maju  membacakan  puisi.  Ketika  mengingat-ingat

           gerakan dan intonasi yang tepat sesuai yang diajarkan oleh
           Ulfa,  Dinda  mulai  kehilangan  kepercayaan  dirinya.  Dari

           kejauhan  kedua  sahabatnya  Hesti  dan  Ulfa,  memberikan
           dukungan  untuk  dia.  Dindapun  fokus  kembali  untuk

           membacakan puisi di depan kelas.
                  Di  akhir  pembelajaran  bu  Endah  mengumumkan

           penampil terbaik putra dan penampil terbaik putri. Bu Endah

           menyebutkan nama penampil putra terbaik adalah temanku
           yang bernama Erlangga Adi Saputra. Sedangkan penampil

           putri  terbaik  adalah  Dinda  Hardinata.  Sontak  aku  kaget

           mendengar namaku disebut oleh bu Endah.
                  Suhu  tubuhku  mulai  naik,  rasanya  badanku  panas

           semua.  Tidak  mungkin  itu  adalah  aku,  padahal  masih
           banyak penampil yang sangat bagus.

                  “I…i…itu  benar  saya  bu?”  tanya  Dinda  dengan
           terbata-bata.




                 5
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14