Page 22 - PAI SMA Kelas XII
P. 22

Smart Learning



                 Untuk memperkaya materi tentang sabar menghadapi musibah dan ujian dari Allah Swt., silakan
                 pindai QR Code di samping.
                 Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan QR Code.
                 1.  Mengapa seorang muslim harus senantiasa bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah Swt.?
                 2.  Mengapa musibah atau ujian hidup dapat melatih seorang muslim untuk belajar bersyukur?
                 3.  Mengapa kesalehan se orang muslim merupakan salah satu tanda nikmat dan kasih sayang   Sumber: https://bit.ly/40iBG0f
                                                                                                Sumber asli: https://bit.
                     dari Allah Swt.?                                                              ly/44DeWJb




                      Tokoh

                                                           Salman Al-Farisi
                 Salman al-Farisi (wafat tahun 655) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Menurut satu sumber, ia berasal
                 dari Dihqan, sebuah desa di Persia (Iran) di wilayah Jaiy (Jaiyan) dekat Isfahan. Sumber lain menyebutkan bahwa ia
                 berasal dari sekitar Ramhurmuz. Nama aslinya adalah Mahbeh (Mayeh).
                     Ketika masih kecil, Salman al-Farisi sudah mulai tertarik kepada agama Kristen, kemudian meninggalkan rumah
                 orang tuanya untuk mengikuti seorang rahib Kristen. Sebelum itu, ia beragama Majuzi. Setelah masuk agama Kristen,
                 dalam perjalanannya menuju Syria (Suriah), ia mengikuti dan belajar kepada beberapa guru.
                     Dari Suriah, ia meneruskan perjalanannya ke Wadi al-Qura di Arab Tengah, dalam rangka mencari seorang nabi
                 yang diberitakan telah memperbaiki agama Nabi Ibrahim dan kedatangannya telah diramalkan kepadanya oleh gurunya
                 yang terakhir pada waktu menjelang akhir hayatnya.
                     Dalam perjalanannya mengarungi padang pasir, orang yang membimbingnya sebagai penunjuk jalan berkhianat
                 dan kemudian menjualnya sebagai budak kepada salah seorang Yahudi. Akan tetapi, ia tetap mempunyai kesempatan
                 untuk pergi ke Yatsrib dan kebetulan kedatangannya hampir bersamaan dengan waktu hijrah Nabi Muhammad saw. Ia
                 kemudian masuk Islam dan dapat menebus kemerdekaannya berkat bantuan ajaib dari Nabi Muhammad saw. untuk
                 mengumpulkan sejumlah uang tebusan yang harus ia setorkan.
                     Pada suatu hari, Nabi Muhammad saw. menegaskan bahwa Salman termasuk keluarganya (ahlulbait). Demikian
                 juga para Muhajirin dan Ansar menyatakan hal serupa. Di kalangan ahli tasawuf, Salman dikenal sebagai seorang sahabat
                 yang suka hidup zuhud, bahkan termasuk ahl as-suffah (penganut tasawuf) dan pendiri tasawuf yang dikaruniai ilmu
                 laduni (ilmu yang dianugerahkan Allah Swt. kepada seseorang tanpa melalui proses belajar).
                     Dikatakan juga bahwa ia adalah orang pertama yang melontarkan ide tentang khilafah (wakil guru sufi) dan nur
                 Muhammad. Ia melontarkan pemikirannya itu kepada Sa’sa’ah bin Suhan (salah seorang sahabat), yang kemudian
                 menegaskan bahwa khilafah manusia yang pertama adalah Nabi Muhammad, lalu Ali.
                     Salman berteriak sambil meletakkan tangannya pada kepala, seraya lari keluar selama 3 hari ketika turun ayat
                 Al-Qur’an Surah Al-Ḥijr (15) ayat 43 sebagaimana berikut.
                                                                                                      َ
                                                                                                        َّ
                                                                                       َ ْ َ  ْ  َ  ْ  ُ ُ  ْ َ َ َ َ َّ  َ
                                                                         ﴾٤٣ :رجحلا﴿ .ۙنيعمجا مهد ِ عومل منهج ن ِ او
                                                                                          ِ
                 Artinya:
                 “Sesungguhnya (neraka) Jahanam benar-benar (tempat) yang telah dijanjikan untuk mereka (pengikut setan) semua.”
                 (QS. Al-Ḥijr (15): 43)
                     Kejadian tersebut oleh ahli tasawuf ditafsirkan sebagai keadaan sedang mabuk dan fana (tak sadar karena khusyuk)
                 sehingga tidak mendengar apa pun dan hanya melihat diri Tuhan sendiri.
                                                                       Sumber: https://bit.ly/44hBj7c dengan pengubahan seperlunya







             8        Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27