Page 19 - Pendidikan Pancasila SMP Kelas VIII
P. 19
Tokoh Prof. Mr. Abdoel Gaffar Pringgodigdo
Sumber: https://bit.ly/40SDI7y
Prof. Mr. Abdoel Gaffar Pringgodigdo adalah mantan Menteri Kehakiman Indonesia. Beliau lahir
di Bojonegoro, 21 Agustus 1904 dan meninggal dunia pada 1988. Pendidikan terakhir beliau adalah
Rijksuniversiteit Leiden. Beliau merupakan putra dari R.M.A.A Koesoemohadiningrat dan R.A Windrati
Notomidjojo. Beliau merupakan kakak kandung dari duta besar Abdoel Kareem Pringgodigdo. Setelah dua tahun
menuntut ilmu di sekolah rakyat, beliau belajar di Europeesche Lagere School dari tahun 1911 hingga 1918, kemudian
di Hogere Burger School Surabaya. Lulus pada tahun 1923, beliau berangkat ke Leiden, Belanda untuk belajar di
Universitas Leiden dan lulus pada 1927 sebagai sarjana hukum. Beliau mendapatkan sertifikat cum laude dalam
ilmu Indologi.
Ketika kembali ke Indonesia, beliau bekerja sebagai juru tulis (bahasa Belanda: revredaris). Kemudian, menjadi
Wedana Karang Kobar di bagian timur Kabupaten Purbalingga. Menjelang akhir pendudukan Indonesia oleh Jepang,
Pringgodigdo menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) sebagai sekretaris dari Ketua
BPUPK, yaitu K.R.T Radjiman Widyoningrat. Beliau juga menjadi anggota Panitia Lima yang bertanggung jawab atas
perumusan Pancasila .
Setelah kemerdekaan Indonesia, Pringgodigdo bertugas sebagai sekretaris negara di bawah Presiden Sukarno sam-
pai Januari 1950. Dari bulan Juni hingga September 1948 beliau juga bertugas sebagai komisaris untuk Sumatra.
Ketika Agresi Militer Belanda II pada bulan Desember 1948, Pringgodigdo ditangkap dan diusir ke Bangka dengan
pemimpin Indonesia lainnya. Beliau juga melaporkan bahwa arsipnya dibakar Belanda. Pada tanggal 21 Januari hingga
6 September 1950, beliau bertugas sebagai Menteri Kehakiman.
Setelah pensiun dari dunia politik, Pringgodigdo menjadi pengajar. Beliau mulai sebagai dosen besar luar biasa
di Universitas Gadjah Mada, mengajar ilmu hukum. Kemudian, beliau pindah ke Surabaya untuk mengajar di Uni-
versitas Airlangga dan akhirnya menjadi dekan pertama dari Fakultas Hukum Airlangga dari tahun 1953 hingga
1954. Setelah itu, beliau menjabat sebagai Presiden (Rektor) Universitas Airlangga dari November 1954 hingga
September 1961. Setelah waktu singkat bertugas sebagai Presiden Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang, beliau
kembali ke Surabaya dan mengajar di IKIP Surabaya. Beliau kemudian mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum bersama
Kho Siok Hie dan Oey Pek Hong. Pada tahun 1971, beliau menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
.
Sumber: https://bit.ly/3R4nwN9
Hal tersebut sejalan dengan apa yg dikatakan Ir.
Sukarno pada saat menerima gelar doktor kehormatan
di Universitas Gadjah Mada pada tanggal 19 Septem-
ber 1951, bahwa beliau sekadar sebagai perumus dan
pencetus dari isi jiwa bangsa Indonesia. Berikut kutipan
pernyataan Ir. Sukarno.
“Pancasila yang Tuanku Promotor sebutkan sebagai jasa
saya itu, bukanlah jasa saya, oleh karena saya, dalam
hal Pancasila itu, sekadarlah menjadi “perumus” dari-
pada perasaan-perasaan yang telah lama terkandung
bisu dalam kalbu rakyat Indonesia, sekadar menjadi
Sumber: https://bit.ly/3uhyx4C
“pengutara” daripada keinginan-keinginan dan isi Gambar 1.3 Pemberian gelar Doktor Honoris Causa dari UGM
jiwa bangsa Indonesia turun-temurun. Pancasila itu kepada Ir. Sukarno di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta
telah lama tergurat pada jiwa bangsa Indonesia. Saya
menganggap Pancasila itu corak karakternya bangsa
Indonesia”
Bab I Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa 5