Page 29 - Glow Up with Qur'an
P. 29

lagi aku harus berharap          itu bergema sampai ke
                 dapat kebahagiaan? Setiap        dinding kamarku. Sumpah
                 hari aku harus menderita         serapah keluar, keringat
                 karena petir yang bersahutan     dingin mengucur di seluruh
                 di telingaku, dari bangun        tubuhku. Dadaku sesak.
                 tidur sampai mau tidur lagi.
                 Saudara-saudaraku juga ikut      Aku mengutuk diriku sendiri.
                 merasa sakit sampai yang         Kenapa hidupku sekacau
                 cowok pun memberontak.           ini, ya Allah? Orang-orang
                 Dia pergi keluar rumah           hidupnya tentram, bahagia,
                 sepanjang hari demi              kumpul bareng keluarganya.
                 menghindari suara petir itu.     Tapi, kenapa cuma hidupku
                 Tapi, setiap pulang ke rumah     yang kacau balau?”
                 dia juga berantem sama
                 ayah. Semestaku seperti ada      Kamu pun marah sampai
                 di perang dunia keempat,         memaki-maki Allah yang
                 lebih parah dibandingkan         kamu rasa tidak juga
                 perang dunia ketiga yang         mengabulkan doa-doa
                 kejadian aja belum. Tapi, aku    yang kamu panjatkan setiap
                 rasa duniaku sekarang lebih      waktu bersama air mata
                 parah dari perang dunia          yang mengalir. Padahal,
                 ketiga itu. Mereka saling        permintaanmu sederhana.
                 melempar nuklir berbentuk        Kamu cuma mau hidup
                 pukulan tinju, tendangan di      tenang, damai.
                 setiap pintu, sampai kursi
                 rumah pun gak terlewat           Kamu berusaha mati-
                 untuk dibanting.                 matian untuk selalu positive
                                                  thinking ke Allah meskipun
                 Aku ketakutan sendirian.         jalan di depan yang keliatan
                 Aku berlindung di kamar          cuma jalanan gelap gulita,
                 sendirian. Tapi, suara           penuh semak belukar.
                 ledakan nuklir dari perang       Berkali-kali kamu tertusuk



                                                                                  23
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34