Page 64 - PROFIL DINKES 2021 VALIDASI
P. 64

53


                        Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan
               AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA

               32  per  1.000  kelahiran  hidup.  Meskipun  demikian,  angka  kematian  neonatus,  bayi,  dan
               balita  diharapkan  akan  terus  mengalami  penurunan.  Intervensi-intervensi  yang  dapat
               mendukung kelangsungan hidup anak ditujukan untuk dapat menurunkan AKN menjadi 10

               per  1000  kelahiran  hidup  dan  AKB  menjadi  16  per  1000  kelahiran  hidup  di  tahun  2024.
               Sementara, sesuai dengan Target Pembangunan Berkelanjutan, AKABA diharapkan dapat

               mencapai angka 18,8 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2030.

               1.    Pelayanan Kesehatan Neonatal

                        Pada  masa  neonatal  (0-28  hari)  terjadi  perubahan  yang  sangat  besar  dari
               kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi
               hingga  usia  kurang satu  bulan  merupakan  golongan  umur  yang memiliki  risiko  gangguan

               kesehatan  paling  tinggi  dan  berbagai  masalah  kesehatan  bisa  muncul,  sehingga  tanpa
               penanganan  yang  tepat,  bisa  berakibat fatal.  Beberapa upaya  kesehatan  dilakukan untuk
               mengendalikan  risiko  pada  kelompok  ini  di  antaranya  dengan  mengupayakan  agar

               persalinan  dapat  dilakukan  oleh  tenaga  kesehatan  di  fasilitas  kesehatan  serta  menjamin
               tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Kunjungan

               neonatal idealnya dilakukan 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan umur 8 hari
               s.d 28 hari.
                        Salah  satu  pelayanan  yang  dilakukan  pada  bayi  baru  lahir  adalah  penimbangan.

               Menurut  hasil  Riskesdas  tahun  2018,  dari  56,6%  balita  yang  memiliki  catatan  berat  lahir,
               sebanyak 6,2% lahir dengan kondisi BBLR. Kondisi bayi BBLR diantara disebabkan karena
               kondisi  ibu  saat  hamil  (kehamilan  remaja,  malnutrisi,  dan  komplikasi  kehamilan),  bayi

               kembar,  janin  memiliki  kelainan  atau  kondisi  bawaan,  dan  gangguan  pada  plasenta  yang
               menghambat  pertumbuhan  bayi  (intrauterine  growth  restriction).  Bayi  BBLR  tanpa

               komplikasi  dapat  mengejar  ketertinggalan  berat  badan  seiring  dengan  pertambahan
               usianya.  Namun,  bayi  BBLR  memiliki  risiko  lebih  besar  untuk  stunting  dan  mengidap
               penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung saat dewasa.

                        Indikator  yang  menggambarkan  upaya  kesehatan  yang  dilakukan  untuk
               mengurangi  risiko  kematian  pada  periode  neonatal  yaitu  6-48  jam  setelah  lahir  adalah
               cakupan  Kunjungan  Neonatal  Pertama  atau  KN1.  Pelayanan  dalam  kunjungan  ini

               (Manajemen Terpadu Balita Muda) antara lain meliputi termasuk konseling perawatan bayi
               baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi (bila belum

               diberikan).
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69