Page 14 - Seberkas Asa Di Ujung Kemoceng
P. 14
Ingin Kerja di Pabrik
Aku tersenyum tetapi senyumku semu. aku tertawa tetapi tawaku
tawar. Aku ingin mengubah senyuman semuku menjadi senyum ceria
dan tawaku menjadi tawa yang tak tawar.
Dilahirkan sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, hatiku
sangatlah bahagia. Bagaimana tidak. Seluruh perhatian dan kasih
sayang baik dari orang tua maupun saudara-saudaraku, semuanya
tercurah padaku. Bila mengingat semua kenangan indah itu, rasanya
sangat ingin aku kembali ke masa itu, masa di mana aku mengalami
kebahagiaan.
Aku sekarang bukan lagi aku yang dulu. Aku menghadapi dunia yang
tak pernah kusangka akan seperti ini. Setahun yang lalu, keadaan
keluarga kami seperti berubah. Ayah dan ibu yang adalah petani
garapan, tiba-tiba tersandung masalah ekonomi. Aku yang waktu itu
hendak melanjutkan pendidikan ke SMP, tak bisa lagi bersekolah.
Mama tiba-tiba diajak kerja oleh tetangga untuk jadi pembantu di
Jakarta. Hatiku sedih. Aku masih anak-anak, masih manja dan tak
bisa lepas dari Mama.
"Ma,,, Erni mau ikut Mama," rengekku ke Mama. "Kamu di rumah
aja bersama saudara-saudara dan ayah kamu," kata Mama. “Tidak
mau Ma!!!" Aku bersikeras mau ikut Mama. Singkat cerita, akhirnya
aku ikut Mama ke Tangerang. Dari kampung Cipikung, Kabupaten
Sukabumi, kami menuju ke Tangerang. Pokoknya aku akan bantu
Mama, niatku dalam hati. Kami lalu dipertemukan dengan majikan.
Saat pertama kali bertemu dengannya, aku merasa takut. Syukur,
aku bersama Mama.
Majikanku lalu memberiku kerja untuk momong anak. Sedangkan
pekerjaan Mama memasak, mencuci, menggosok (menyetrika)
pakaian, dan membereskan rumah. Aku kadang membantu Mama
jika pekerjaanku sudah selesai. Biasanya momong anak sedikit
4

