Page 19 - Seberkas Asa Di Ujung Kemoceng
P. 19
Kan Kuhadapi Dunia dengan Kekuatanku
Tak akan ada yang pernah melihat tangisku ataupun merasakan
dukaku. Aku tak tahu kepada siapa harus mengadu. Aku tak tahu
harus bagaimana lagi menjalani hidup ini. Yang ada hanyalah
kepasrahan di ujung keputusasaan.
Hai teman, perkenalkan aku Ayu. Lengkapnya Ayu Rahayu. Usiaku
genap 15 tahun tanggal 14 Februari lalu. Aku dilahirkan di Karawang,
sebuah kota yang pasti teman-teman kenal. Aku merasa nasibku
sungguh malang dan sudah pasti tidak punya masa depan yang cerah
layaknya anak-anak lainnya yang seusiaku.
Di usiaku yang masih remaja ini, ingin rasanya bisa kumpul bareng
teman-teman, bisa berbagi cerita tentang pengalaman masa
remaja yang mendebarkan, dan hal lainnya. Sayangnya, itu hanya
khayalanku semata. Aku tak akan pernah menikmati itu semua.
Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Ibuku bekerja sebagai
pedagang sedangkan ayahku tidak bekerja. Tulang punggung
keluarga adalah ibu. Aneka masalah muncul dalam keluarga kami.
Ayah dan ibu sering bertengkar. Sampai akhirnya mereka bercerai.
Setelah ayah dan ibu bercerai, ibuku menikah lagi. Pikiranku
terasa penat, apa ini? Mengapa harus begini? Aku harus apa dan
bagaimana?
Aku sungguh merasa hidupku hancur. Aku sayang ayah dan ibuku,
dan kalau boleh memilih, aku tetap ingin tinggal bersama mereka.
Sayang, aku hanya punya dua pilihan yaitu tinggal bersama ayah
atau ibu. Walau berat, aku putuskan tinggal bersama ibu dan ayah
tiriku. Masa remaja yang berat. Aku dihadapkan pada situasi yang
sangat memprihatinkan.
Dalam keputusasaanku, aku memilih untuk berhenti sekolah. Mau
sekolah butuh duit. Walau sekolah sekarang gratis, tetapi butuh
duit untuk beli seragam, beli buku, naik angkot, dan lain-lainnya.
Mau minta duit ke siapa? Ibu uangnya tidak banyak. Minta ke ayah
9

