Page 18 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 18
Meski miskin, Lem Mahmud bukanlah seorang
pemalas. Setiap hari ia bekerja giat dan bersemangat.
Pagi-pagi sekali, setelah sarapan sekadarnya, ia bergegas
ke sawah. Tatkala matahari baru terbit, ia dan istrinya
sudah bekerja membajak sawah hingga sore hari.
Menjelang magrib, ia pergi ke laut mencari ikan.
Kampung Lem Mahmud sangat unik. Di sebelah
selatan desa itu terbentang hamparan persawahan dekat
perbukitan dan pegunungan Bukit Barisan, di sebelah
utaranya Selat Malaka dalam hamparan lautan Samudra
Hindia yang membentang luas. Di siang hari angin laut
berhembus ke daratan mengayunkan jejeran pohon
cemara di tepi pantai, sementara malamnya angin darat
bertiup ke arah laut mendinginkan tulang rusuk.
Lem Mahmud memahami pergerakan angin laut dan
angin darat dari ayahnya yang juga seorang nelayan
tradisional. Biasanya, ketika masih belia, Lem Mahmud
dan ayahnya sering memancing dengan perahu kecil
bertiang satu yang diikat sehelai kain layar. Sebatang
pengayuh dijadikan kemudi belok kiri atau belok kanan.
Biasanya, angin laut bertiup pada siang hari dari
pukul sembilan pagi hingga pukul empat sore. Pada saat
itu, suhu lautan lebih dingin jika dibandingkan dengan
suhu daratan. Hal itu disebabkan sifat laut yang lambat
menerima panas dan lambat melepaskannya. Akibatnya,
6