Page 34 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 34
saja bisa berbicara, barangkali sudah dari tadi ia memelas,
memohon belas kasihan Lem Mahmud.
Lem Mahmud menghentikan langkahnya. Ikan yang
sudah diikatnya tadi dibuka kembali, dengan kasih sayang
ia memberikan seekor ikan bawal. Si kucing yang kelaparan
memakan ikan bawal pemberian Lem Mahmud dengan
lahapnya, sesekali ia menggerak-gerakkan ekornya seakan
mengucapkan ungkapan terima kasih. Sesaat kemudian, ia
menghilang dari pandangan Lem Mahmud.
Sesampainya di pasar, ikatan ikan bawal yang dibuka
tadi telah diikat kembali. Lem Mahmud sudah ditunggu
oleh seorang toke bangku dan para mugee yang akan
memasarkan ikan hasil tangkapan nelayan. Toke bangku
secara harfiah bermakna pengusaha bangku (pengusaha
tempat duduk), tetapi dalam adat laut Aceh toke bangku
dapat diartikan sebagai pengusaha ikan yang menampung
hasil tangkapan nelayan. Ia dinamakan toke bangku
karena kerjanya bukanlah melaut seperti nelayan tetapi
hanya duduk di atas bangku panjang di pasar sambil
menunggu nelayan pulang memancing. Hasil tangkapan
ikan para nelayan tidak boleh secara langsung dibeli oleh
penduduk kampung dari tangan nelayan. Toke bangkulah
yang menampungnya, lalu ia menetapkan harga dan
menjualnya kepada para mugee. Mugee adalah para
pedagang ikan di pasar atau para pedagang ikan keliling.
22