Page 29 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 29
Daunnya berwarna hijau bila masih muda. Akarnya
berserabut putih kotor. Beberapa orang yang senasib
dengan Lem Mahmud menjadikan janeng sebagai bahan
pangan alternatif pengganti beras pada musim paceklik.
Konon, dulu ketika masa musim paceklik melanda
kampung Lem Mahmud, makanan janeng ini justru pernah
menjadi bahan makanan pokok. Saban hari, terlihat
penduduk masuk hutan ke luar hutan untuk mencari
tumbuhan jenis umbian ini.
Setelah beberapa puluh meter memasuki hutan,
sorot mata Lem Mahmud tertuju pada akar tumbuhan
yang merambat ke pokok pohon lainnya. ”Alhamdulillah,
akhirnya kudapatkan juga pohon janeng,” bisiknya
dalam hati. Lalu dengan sigap, Lem Mahmud menggali
buah janeng itu. Peluh membasahi bajunya yang lusuh.
Sesekali ia terlihat berhenti menggali, wajahnya yang
lelah menghela napas panjang. Beberapa saat kemudian,
buah janeng ukuran lima kilogram tampak di permukaan
tanah. Peluh keringat Lem Mahmud bercucuran, ia
beristirahat sejenak, air putih segar yang disiapkan
isterinya diminumnya hingga habis tak tersisa. Terasa
lelah, dengan usianya yang sudah setengah abad lebih,
pekerjaan mencari dan menggali pohon janeng sangat
menguras tenaganya, tetapi ia tidak berkeluh kesah,
semangat mudanya masih begitu membara. Setelah
17