Page 42 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 42

“Begini, Toke Ali, sebenarnya sejak dua minggu
            lalu saya mau bertemu Toke dan mengutarakan
            maksud kedatangan saya, tetapi baru hari inilah Tuhan

            menakdirkan saya hadir ke sini.” Lem Mahmud terlihat
            masih segan mengutarakan maksudnya.
                 Toke  Ali  yang  bijak  sepertinya  membaca  gelagat

            keinginan Lem Mahmud sambil berujar, ”Polem sudah saya
            anggap seperti saudara sendiri, jika memang ada yang
            dapat saya bantu, katakan saja jangan sungkan! Insya
            Allah saya akan membantu Polem, jika mampu.”

                 “Begini  Toke,  Toke  pasti  sudah  tahu  jika  saya
            hanya mempunyai sepetak sawah dan sebuah jala ikan
            peninggalan almarhum ayah saya. Nah, sudah beberapa

            tahun ini jala ikan tersebut saya jadikan penopang hidup
            untuk mencari ikan. Namun, sudah dua minggu terakhir
            ini jala tersebut sudah tidak dapat saya gunakan lagi.

            Benang jaring jalanya banyak yang putus dimakan usia.
            Sedangkan sawah yang saya garap pun tidak memberikan
            hasil  maksimal.  Jadi,  jika  Toke  bersedia  membantu,

            pinjamkanlah uang lima puluh ringgit saja kepada saya
            untuk memperbaiki jala dan menggarap sawah dengan
            cara lebih baik,” kata Lem Mahmud.
                 Toke Ali tampak tersenyum mendengar ucapan

            Lem Mahmud. Tanpa pikir panjang ia segera memberi
            uang lima puluh ringgit yang diminta Lem Mahmud. Lem





                                          30
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47