Page 45 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 45

Sekawanan  burung  pipit  terbang  ke  sana  kemari,
            kadang hinggap di pematang sawah, mengamati suasana.
            Beberapa di antaranya terbang hinggap di tanaman padi

            yang sudah menguning. Tangan Da Limah dengan sigap
            menggoyang-goyangkan tali temali yang ditarik hingga ke
            sudut pematang sawah lainnya. Pada tali temali tersebut

            tergantung orang-orangan yang terbuat dari kayu mirip
            manusia, badannya berisi jerami, rumput kering, dan
            dedaunan.  Kepalanya berupa kelapa tua yang sudah
            menggering bekas santapan tupai yang jatuh di tanah.

                 Begitu tali ditarik, orang-orangan itu akan bergerak
            seolah manusia yang hendak mengusir burung. Begitulah
            seharian Lem Mahmud dan istrinya bergantian menjaga

            sawah mereka.
                 Sinar matahari pagi itu begitu cerah. Dari kejauhan
            tampak  orang-orang  bepergian  ke  sawah, semua

            membawa sabit dan perlengkapan lain untuk memanen
            padi. Artinya, masa panen padi telah tiba. Lem Mahmud
            dan Da Limah sangat berharap banyak pada hasil panen

            padi kali ini.
                 “Bang, mudah-mudahan hasil panen padi kali ini bisa
            mencukupi kebutuhan kita sehari-hari,” kata Da Limah
            sembari menunjuk padi mereka.

                 “Iya, abang juga berharap demikian, tetapi yang
            lebih penting adalah hasil panen padi kali ini juga dapat





                                          33
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50