Page 53 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 53

Menjelang masa panen, Lem Mahmud dan istrinya
            semakin  bersemangat.  Mereka  selalu  bermunajat
            kepada Tuhan agar hasil padi mereka hasilnya maksimal.

            Konon, singkat cerita hama padi pun seakan tidak mau
            mengganggu sawah Lem Mahmud. Tikus, keong, siput,
            hingga burung pipit seakan enggan menghampiri sawah

            mereka.
                 Matahari bersinar cerah, dari kejauhan tampak petak
            sawah Lem Mahmud sudah mengguning pertanda sudah
            masanya dipanen. Pagi-pagi buta Lem Mahmud dan Da

            Limah bergegas ke sawah mereka. Sesampainya di sawah,
            Lem Mahmud segera mengambil sabit dan memotong padi
            yang dibantu istrinya. Mereka berdua asyik memotong

            padi sambil bergerak sejajar ke depan beriringan tanpa
            menoleh ke belakang.
                 Ketika  bergerak  sampai  pada  batas  pematang

            sawah lainnya, mereka memutuskan untuk beristirahat
            sejenak sambil duduk di atas pematang sawah. Alangkah
            terkejutnya mereka ketika melihat padi yang telah mereka

            potong telah tumbuh kembali dan sudah siap dipanen lagi.
            Lem Mahmud terlihat mengusap matanya berulang kali
            seakan tidak percaya apa yang dilihatnya. Lalu, ia pun
            memotong kembali padi tersebut. Anehnya, setiap padi

            siap panen itu dipotong, padi tersebut kembali tumbuh
            dan siap panen kembali.





                                          41
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58