Page 3 - AISYAH ALIVIA QURANI
P. 3
HUBUNGAN POLA KONSUMSI NATRIUM
DAN KALIUM SERTA AKTIFITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI
Menurut WHO dan ISH (International Society of Hypertension)(dalam Nawi dkk,
2006)1 , saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahun.7 dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan
pengobatan secara adekuat. Berdasarkan Riskesdas Nasional tahun 20072 , hipertensi berada
di urutan ketiga penyebab kematian semua umur, setelah stroke dan TB, dengan proporsi
kematian sebesar 6,8%. Adapun prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur >18
tahun adalah sebesar 31,7% (berdasarkan pengukuran). Prevalensi hipertensi di Sulawesi
Selatan 29,0%, lebih rendah dari angka nasional. Menurut kabupaten, prevalensi hipertensi
tertinggi adalah di Soppeng (40,6%) dan Sidenreng Rappang (23,3%) serta kota Makassar
(23,5%). Data yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar3 , tercatat bahwa jumlah pasien hipertensi untuk rawat jalan tahun 2007 sebanyak
5823 kasus (1,68%), tahun 2008 sebanyak 5508 kasus (3,34%), tahun 2009 sebanyak 5655
kasus (4,66%) dan tahun 2010 sebanyak 1880 kasus (1,2%). Dimana pada tahun 2010 di
rumah sakit tersebut, hipertensi menempati posisi pertama untuk kasus terbanyak pada pasien
rawat jalan. Berkembangnya hipertensi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
kurangnya aktifitas fisik, kebiasaan merokok, stress, riwayat keluarga, dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, kurangnya serat, tinggi Natrium dan rendah
Kalium.4 Penelitian Sobel et al.5 menyatakan terdapat kaitan antara asupan Natrium yang
berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada individu. Asupan Natrium yang meningkat
menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah.Jantung harus
memompa keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang makin
sempit yang akibatnya adalah hipertensi. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
asupan rendah Kaliumakan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular
remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal.6
Veronique dan Robert (2005)7 dalam penelitiannya di Belgia menyimpulkan bahwa latihan
aerobik dapat diterapkan sebagai manajemen hipertensi bukan hanya untuk pencegahan.
Menurut Leonarld Marvyn (dalam Utami, 2007)8 orang yang kurang melakukan aktifitas
olahraga, pengontrolan nafsu makannya sangat labil sehingga terjadi konsumsi energi yang
berlebihan mengakibatkan nafsu makan bertambah yang akhirnya berat badannya naik dan
dapat menyebabkan obesitas. Jika berat badan seseorang bertambah, maka volume darah
akan bertambah pula, sehingga beban jantung untuk memompa darah juga bertambah.
Semakin besar bebannya, semakin berat kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh
tubuh sehingga tekanan perifer dan curah jantung dapat meningkat kemudian menimbulkan
hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi Natrium dan
Kalium serta aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di
RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.