Page 14 - FINAL E-MODUL SKRIPSWEET
P. 14

3.2   Pecahnya Agresi Militer Belanda I di Malang

            Tujuan  utama  Agresi  Militer  Belanda  I  adalah  merebut  daerah-daerah
    perkebunan  dan  daerah  dengan  sumber  daya  alam  yang  melimpah  terutama
    minyak bumi sehingga sangat wajar apabila wilayah Kota Malang juga menjadi
    sasaran  pasukan  Belanda  untuk  dikuasai  (Nasution,  1978:  137).  Tepat  pada
    tanggal  21  Juli  1947  Belanda  melancarkan  aksi  militernya  dalam  Agresi  Militer
    Belanda I dan berhasil menduduki wilayah Jakarta, Semarang, Medan, Padang,
    dan Palembang. Kemudian berselang 3 hari Pasukan Belanda bergerak menuju
    Cirebon,  Cikampek,  Bandung,  Malang,  Surabaya,  Banyuwangi,  Probolinggo,
    dan Binjai.

           Pergerakan Pasukan Belanda untuk menuju wilayah Kota Malang di mulai
    dari  insiden  Penerobosan  pertahanan  Tentara  Indonesia  TNI  di  Porong  oleh
    Bridge  KNIL  divisi  A  (Pasukan  Belanda)  yang  berpangkalan  di  Surabaya  dan
    dalam  waktu  yang  bersamaan  Brigade  Marine  (Pasukan  Belanda)  melakukan
    pendaratan di Pasir Putih Situbondo yang kemudian melanjutkan penyerangan
    ke wilayah Banyuwangi hingga menguasai semenanjung Jawa Timur (Nasution,
    1978: 261). Setelah berhasil menerobos Porong sebagian Brigade KNIL divisi A
    bergerak  menuju  Malang  dan  sebagian  bergabung  dengan  Brigade  Marine.
    Kemudian  Pasukan  darat  Belanda  berhasil  menerobos  wilayah  pertahanan  di
    Mojosari dan terus bergerak menuju Pacet dan dari wilayah tersebut memasuki
    Kota Malang melalui Kota Batu (Kharisma & Sumarno, 2016: 948).
              Adapun  pertahanan  di  wilayah  Jawa  Timur  pada  saat  itu  dimandatkan
    kepada  Divisi  VI/Narotama  yang  dipimpin  oleh  Mayjen  Sungkono  di  wilayah
    Kediri  dan  Divisi  VII/Suropati  yang  dipimpin  oleh  Mayjen  Imam  Sujai  di
    wilayah  Malang.  Divisi  VII/  Suropati  tersebut  terdiri  dari  3  Resimen  yaitu
    Resimen  38  dipimpin  Letkol  Abdul  Rifai,  Resimen  39  dipimpin  Letkol
    Tahirudin  Cokroatmojo  dan  Resimen  40  tidak  memiliki  komandan  resmi.
    Kemudian  pertahanan  Kota  Malang  diserahkan  pada  Resimen  38  yang  terdiri
    dari  4  Batalyon,  adapun  Batalyon  I  dipimpin  oleh  Mayor  Hamid  Rusdi,
    Batalyon  II  dipimpin  oleh  Mayor  Abdul  Manan,  Batalyon  II  dipimpin  oleh
    Mayor  Mukhlas,  dan  Batalyon  IV  dipimpin  oleh  Mayor  Syamsul  Islam
    (Nasution, 1978: 137).


                           Pembahasan Belum Selesai !!!
                          Lihat Pada Halaman Berikutnya
                        SECARA KRONOLOGIS PERISTIWA
                   AGRESI MILITER BELANDA 1 TERJADI DI MALANG



                              13
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19