Page 16 - FINAL E-MODUL SEJARAH REVOLUSI NASIONAL DI MALANG 1945-1949 OLEH ALIMATUL SA'ADAH (FINAL-SKRIPSI)
P. 16

HEBAT!!!
              Kalian Sudah Mengerjakan Soal Pengayaan 2,
                Sekarang Cermati Pembahasan dibawah
               INI ADALAH PEMBAHASAN KE-EMPAT

    4.  AKHIR PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
          INDONESIA DI WILAYAH MALANG 1948-1949
    4.1  Memperbaiki Hubungan Indonesia-Belanda Melalui Perjanjian
           Renville
           Agresi Militer Belanda I yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda terhadap
    Republik  Indonesia  dianggap  sebagai  suatu  ancaman  terhadap  perdamaian
    dunia  sehingga  Australia  mengusulkan  hal  tersebut  ke  dalam  sidang  Dewan
    Keamanan  PBB  pertanggal  31  Juli  1947  atas  dasar  Pasal  39  Piagam  PBB  agar
    segera diambil tindakan. Tepat pada sidang Dewan Keamanan PBB, 1 Agustus
    1947  muncul  seruan  kepada  kedua  belah  pihak  (Indonesia-Belanda)  untuk
    segera  menghentikan  aksi  tembak-menembak,  menyelesaikan  pertikaian
    dengan  cara  damai,  dan  melaporkan  hasil  penyelesain  yang  diambil  kepada
    Dewan Keamanan PBB sehingga pada tanggal 4 Agustus 1947 terjadi genjatan
    senjata (berhenti melakukan aksi tembak) (Poesponegoro & Notosusanto, 2019:
    216).
        Sultan Sjahrir yang saat itu menjabat sebagai Duta Republik Indonesia juga
    diminta  menjelaskan  perjuangan  rakyat  indonesia  perihal  politik  penjajahan
    yang dilakukan Belanda dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Sekaligus Sultan
    Sjahrir  berkesempatan  meminta  kepada  Dewan  Keamanan  PBB  untuk
    dibentuknya  suatu  badan  arbitrase  (penegah)  yang  tidak  memihak.  Atas
    permintaan  tersebut  terbentuklah  KTN  (Komisi  Tinggi  Negara)  yang
    anggotanya  diusulkan  seorang  oleh  Indonesia,  seorang  diusulkan  oleh
    Belanda, dan anggota ketiga diusulkan oleh Indonesia dan Belanda. Akhirnya
    KTN terbentuk dengan Republik Indonesia menunjuk Australia diwakili oleh
    Richard  C.  Kirby,  Belanda  menunjuk  Belgia  diwakili  oleh  Paul  van  Zeeland,
    dan  sebagai  anggota  ketiga  KTN  adalah  Amerika  Serikat  diwakili  oleh  Dr.
    Frank B. Graham (Poesponegoro & Notosusanto, 2019: 216).
         Perundingan KTN akhirnya di mulai pada tanggal 8 Desember 1947 di atas
    Kapal Renville yang berlabuh di perairan Jakarta sebagai upaya penyelesaian
    permasalahan  Indonesia-Belanda  (lihat  gambar  9).  Perundingan  tersebut
    menghasilkan  naskah  Perjanjian  Renville  yang  disepakati  oleh  kedua  belah
    pihak  pada  tanggal  17  Januari  1948,  dengan  pokok  isi  Perjanjian  sebagai
    berikut:

                               15
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21