Page 18 - E-book Interaktif
P. 18
Sang ibu benar-benar sedih dan sakit hati.
Akhirnya, mereka sampai di bawah pohon
besar untuk beristirahat. Di tempat itulah,
sang ibu berdoa dengan suara lirih sambil
meneteskan air mata.
“Ya Tuhan, jika memang anakku tidak mau
mengakuiku sebagai ibunya, hukumlah dia.
Biarlah dia tahu bagaimana sakitnya hati ini.”
Tiba-tiba, langit menjadi gelap. Petir
menyambar.
Tubuh gadis itu mulai gemetar ketakutan.
“Kakiku… kenapa ini?!” teriak sang anak. Ia
melihat tubuhnya mulai mengeras menjadi batu.
Aku tidak bisa bergerak! Tolong, Ibu..Maaf!
Maafkan aku!” tangisnya.
Tapi semuanya
sudah terlambat.
Tubuh gadis itu
perlahan berubah
menjadi batu.
Namun dari kedua
matanya, air mata
terus mengalir,
seolah menangis.
6