Page 11 - MALIN KUNDANG
P. 11

Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan
                   kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk
                   membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi
                   pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut.
                                                                                              Begitu
                   pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar
                   kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur
                   kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya.
                   Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta
                   Dayang Sumbi.

                                          Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang
                                          dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh
                                          kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang
                                          dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi
                                          sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."



                                          SI DAYANG BANDIR



                   Dahulu di propinsi Sumatera Utara terdapat dua kerajaan. Kerajaan itu dikenal dengan
                   nama Kerajaan Timur dan Kerajaan Barat. Pada suatu ketika, raja yang berkuasa di
                   Kerajaan Timur menikah dengan adik perempuan dari raja yang berkuasa di Kerajaan
                   Barat. Beberapa tahun kemudian lahir seorang bayi perempuan yang diberi nama Si
                   Dayang Bandir, tujuh tahun kemudian lahir seorang anak laki-laki yang bernama Sandean
                   Raja. Ketika masih kecil, ayah Si Dayang Bandir dan Sandean Raja meninggal dunia.


                   Dengan meninggalnya raja di Kerajaan Timur, maka tahta Kerajaan Timur menjadi kosong.
                   Berhubung Sandean Raja masih kecil dan belum bisa menggantikan kedudukan ayahnya
                   sebagai raja, maka dalam sidang istana kerajaan menunjuk Paman Kareang untuk
                   mengendalikan pemerintahan kerajaan.
                   Si Dayang Bandir mempunyai akal untuk menyelamatkan
                   benda-benda pusaka agar jangan sampai jatuh ke tangan
                   pamannya yang hanya menggantikan pemerintahan
                   sementara. Hmm.. benda-benda pusaka ini harus
                   kuselamatkan agar jangan sampai jatuh di tangan pamanku,
                   kelak adik Sandean Raja lah yang berhak atas benda-benda
                   pusaka ini, gumam Si Dayang Bandir.
                   Tidak berapa lama, Paman Kareang mengetahui benda-benda pusaka peninggalan raja
                   telah disimpan Si Dayang Bandir. Ia mendesak Si Dayang Bandir agar menyerahkan
                   benda-benda itu. Awas! Kalau benda-benda itu tidak diserahkan padaku, keselamatan mu
                   akan terancam! Itulah ancaman Paman Kareang kepada Si Dayang Bandir. Namun Si
                   Dayang Bandir tetap tidak mau menyerahkan benda-benda pusaka itu.
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16