Page 75 - MALIN KUNDANG
P. 75

"Hore..! Hore...! Hidup Landi Landak!" semua binatang mengelukan Landi. Landi menjadi
                   tersipu malu karenanya. "Maafkan aku Landi, selama ini aku menjauhimu. Padahal kau tidak
                   pernah menyakitiku. Ternyata duri tajammu itu telah menyelamatkan kita semua," sesal
                   Cici Kelinci. Akhirnya semua yang datang ke pesta Sam Kodok meminta maaf pada Landi
                   Landak karena telah menjauhinya kemudian mereka pun berterima kasih pada Landi
                   Landak karena telah melindungi mereka dari serigala jahat. Kini, Landi Landak tidak
                   merasa kesepian lagi. Teman-temannya tidak takut lagi akan durinya yang tajam. Bahkan
                   mereka merasa aman jika Landi berada di dekat mereka.




                                   KANCIL SI PENCURI TIMUN




                   Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh
                   Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang. Tiba-tiba saja
                   mimpi indahnya terputus. "Tolong! Tolong! " terdengar teriakan dan jeritan berulang-
                   ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari. "Ada apa, sih?"
                   kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk.
                   Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. "Kebakaran!
                   Kebakaran!" teriak Kambing. "Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan!" Memang benar. Asap
                   tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit
                   dan berlari mengikuti teman-temannya.

                   Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil bertubuh kecil, tapi dia
                   dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-
                   temannya. "Aduh, napasku habis rasanya," Kancil berhenti dengan napas terengah-engah,
                   lalu duduk beristirahat. "Lho, di mana binatang-binatang lainnya?" Walaupun Kancil senang
                   karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. "Wah, aku berada di mana sekarang?
                   Sepertinya belum pernah ke sini." Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya.
                   "Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?" Kancil semakin takut dan bingung.
                   "Tuhan, tolonglah aku."


                   Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia
                   tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani. "Ladang sayur dan buah-
                   buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan," mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh
                   dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali! "Kebetulan nih, aku
                   haus dan lapar sekali," kata Kancil sambil menelan air liurnya. "Tenggorokanku juga terasa
                   kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah."
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80