Page 140 - 6. AKIDAH AKHLAK_ MI_ KELAS_VI_KSKK_2020_Kamimadrasah (1)
P. 140

singkat.  Nabi  Ayub  bertanya  lagi,  "Wahai  isteriku,  berapa  lama  kita  menderita  dan

                  sengsara dimuka bumi Allah Swt.  ini?”  “Selama 7 tahun”,  jawab Rahmah. Lalu Nabi
                  Ayub As. berdoa kepada Allah Swt.  dengan rendah hati: "Wahai Allah Swt., aku malu

                  untuk memohon agar Engkau membebaskan aku dari penderitaan dan kesusahan ini. Aku
                  malu, karena nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami selama 80 tahun sama sekali

                  tidak sebanding dengan kesusahan yang aku alami selama 7 tahun ini. Wahai Allah Swt. ,
                  sesungguhnya  isteriku  telah  dihasut  setan,  sehingga  berbuat  maksiat,  seandainya  aku

                  diberikan kesembuhan pasti akan aku cambuk isteriku 100 kali sebagai hukuman.  Wahai

                  isteriku  Rahmah,  aku  sekarang  tidak  akan  makan  dan  minum  kecuali  dari  tanganku
                  sendiri!  Aku  tidak  lagi  meminta  tolong  kamu,  wahai  isteriku,  tinggalkan  diriku  dalam

                  menerima ketentuan Allah Swt.”

                        Bukan hanya istrinya, dua orang saudara Nabi Ayub As. juga menggunjing bahkan
                  menjauhinya  setelah  mengunjungi  dan  melihat  kondisi  Nabi  Ayub  As.  yang  sedang

                  tertimpah penyakit. Mereka tidak kuat berdekatan dengan nabi Ayub As.  karena baunya.
                  Keduanya  berdiri  dari  kejauhan,  salah  satu  dari  keduanya  berkata:  “Andai  Allah  Swt.

                  mengetahui kebaikan Ayub, ia tidak akan tertimpa musibah ini.” Nabi Ayub As.  bersedih
                  atas  sikap  saudaranya  tersebut  yang  telah  berprasangka  buruk  kepada  Allah  Swt.    dan

                  menuduh  bahwa  penyakit  yang  diderita  tersebut  adalah  akibat  dari  dosa  besar  yang

                  dilakukannya.  Dalam  kesendirian  itu,  Nabi  Ayub  As.  terus  berdoa,  sebagaimana  Allah
                  Swt. berfirman di dalam QS. Al-Anbiya (21): 83-84:

                                                                                        ٓ
                                                                                                 ْ
                     ٍّرُض  ْ نِم  ٖ هب ام اَنْفَشَكَف  ٗهَل اَنْبَ جَتْساَف   ٨٣  ۚ َنْيِم ِ ح ﱣ رلا م َح ْ رَا  َ تْنَاو  ﱡ رﱡضلا يِنﱠسم ي   ِّنَا  ٗهﱠبر ىٰداَن ذِا  َ ب ْ وﱡيَاو َ
                                                              ُ
                                                                                          َ
                             ِ َ
                                                                       َ
                                                                                  َ ْ
                                                                               َ
                                                             ْ
                                                                               ً
                                                                                                     ٰ ٰ
                                                                                            ْ
                                                      ٨٤   َنْيِدبٰعلِل ى ٰرْكِذو اَنِدْنِع  ْ نِّم ةمْحر  ْ مُهعﱠم  ْ مُهَلثِمو ٗهَلْهَا ُهنْيَتا ﱠ و
                                                        ۚ
                                                           ِ
                                                                                      َ
                                                                                َ َ
                                                                     َ
                                                                                              َ
                    Artinya:  Dan  (ingatlah  kisah)  Ayub,  ketika  dia  berdoa  kepada  Tuhannya,  “(Ya
                            Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang
                            Maha Penyayang dari semua yang penyayang.  Maka Kami kabulkan (doa)nya,
                            lalu  Kami  lenyapkan  penyakit  yang  ada  padanya  dan  Kami  kembalikan
                            keluarganya  kepadanya,  dan  (Kami  lipat  gandakan  jumlah  mereka)  sebagai
                            suatu  rahmat  dari  Kami,  dan  untuk  menjadi  peringatan  bagi  semua  yang
                            menyembah Kami. (QS. Al-Anbiya [21]: 83-84)

                        Ini  artinya,  doa Sayyidina  Ayub  As.  memohon  kesembuhan  tidak  didasari  karena
                  kepayahan dan keputus-asaannya menjalani hidup, tapi ketidak-relaannya. Sebab, orang-
                  orang yang berprasangka buruk kepada Allah Swt. . mulai bermunculan ketika itu. Mereka
                  mengatakan,  penyakit  Ayub  As.  karena  dosa-dosanya.  Perkataan  semacam  itu,  bagi
                  Sayyidina  Ayub  As.,  tidak  bisa  diterima.  Bukan  karena  menyakiti  perasaaannya,  tapi


               116   AKIDAH AKHLAK MI KELAS VI
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145