Page 89 - E booklet Perang Dunia I dan II
P. 89
Gambar 3.4 Para penganggur di Amerika
Serikat pada masa krisis ekonomi mengantre
makanan di sebuah toko pada 1931 (Sumber:
historia.id)
Kelebihan produksi ini menyebabkan banyak pabrik-pabrik yang
tutup dan banyak memunculkan pengangguran, hingga meletusnya
depresi ekonomi pada 1923 dan malaise pada 1929-1930. Malaise
adalah sebuah istilah medis untuk menggambarkan perasaan lemas,
letih, lesu, tidak nyaman, hingga perasaan kurang sejahtera. Malaise
menjangkit negara-negara yang kondisi ekonominya tidak stabil,
pemasaran menurun, pengangguran meningkat, dan bertambahnya
jumlah buruh. Pada masa itu, salah satu negara yang terjangkit
malaise adalah Indonesia. Contohnya yaitu harga karet yang
menurun di mana seharusnya 1,5 kg berharga 54 sen turun menjadi
30,5 sen, kemudian produksi gula tebu di Yogyakarta menyusut dari
17.594 hektar menjadi 13.697 hektar. Belum lagi masalah
pengangguran akibat pemberhentian buruh pabrik oleh pemerintah
Kolonial Belanda dan kecilnya upah tenaga kerja pribumi.
Krisis malaise yang semakin mengganas tidak terlalu digubris oleh
pemerintah Belanda, bahkan mereka dengan sengaja terus
memaksa petani dan mengancam melakukan pemecatan yang
berakhir dengan maraknya kerusuhan. Bertumbuhnya para
pengangguran di masa itu dimanfaatkan oleh organisasi pergerakan
nasional (terutama yang berpaham komunis) untuk menentang
pemerintahan Kolonial Belanda. Ada juga organisasi pergerakan
nasional lain seperti Indische Partij dan Partai Nasional Indonesia
yang ingin meraih peluang kemerdekaan Indonesia dari peristiwa-
peristiwa tersebut.
7 8
78