Page 221 - BS K6 Tema 9 Rev18
P. 221

Mas Iwan tersenyum. “Saya mau menetap dan bekerja di sini,” jelas Mas
                       Iwan sambil melihat jam tangan. “Maaf, ya Fatih! Saya sedang buru-buru.
                       Saya hendak pulang dulu bertemu Ayah dan Ibu,” pamit Mas Iwan, Fatih
                       mengangguk.

                           Saat ayahnya pulang, Fatih berkata kepada ayahnya, “Tadi Fatih melihat
                       Mas Iwan sudah pulang, Ayah.  Katanya ia mau menetap di desa ini,  Masak
                       jauh-jauh sekolah di kota, mas Iwan kembali lagi ke desa kecil ini? Padahal
                       konon di kota banyak pekerjaan yang berpenghasilan tinggi, kan Ayah?”

                           Ayah tersenyum lalu duduk di samping Fatih. “Kamu tahu peternakan
                       kambing etawa yang ada di desa ini?”

                           “Tahu Ayah. Memangnya kenapa dengan peternakan itu?”  Tanya  Fatih
                       penasaran.

                           “Peternakan itu dirintis oleh Mas Iwan dan beberapa warga desa ini.
                       Dulu, kambingnya masih kecil, tetapi sekarang sudah bisa menghasilkan
                       susu kambing murni yang banyak dicari orang,” jelas Ayah. “Selain itu, Mas
                       Iwan juga mengelola kebun sayur organik.  Sayur organik adalah sayur yang
                       ditumbuhkan dan dipupuk tanpa menggunakan zat kimia, jadi lebih sehat!”

                           “Wah, Mas Iwan masih muda sudah punya peternakan dan kebun sendiri,
                       ya Yah!”  ucap Fatih kagum.

                           Ayah melanjutkan, “Tidak hanya itu. Dengan ilmu yang didapat saat kuliah,
                       Mas  Iwan  juga  membuat  budidaya  jamur  tiram  di  desa  ini.  Ia  mengajak
                       warga sekitar untuk mengelolanya, sehingga pendapatan mereka sehari-hari
                       meningkat.  Akibatnya warga jadi terbantu untuk menyekolahkan anak-anak
                       mereka dan memenuhi kebutuhan lainnya. Hebat, kan?”

                           Fatih tidak menyangka, ternyata di desanya masih banyak hal yang bisa
                       dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan warganya.

                           “Nanti, Mas Iwan juga mau membuka perpustakaan kecil agar kamu dan
                       teman-temanmu dapat memanfaatkannya,” kata Ayah lagi.

                           Fatih bertambah kagum. Ternyata Mas Iwan benar-benar memanfaatkan
                       ilmu yang dimilikinya untuk membangun desa mereka.

                           “Fatih ingin seperti Mas Iwan yang membangun desa kita, Ayah,” kata Fatih.


                            “Pasti bisa, Fatih.  Kamu hanya perlu terus belajar. Mau kerja di kota atau
                       di desa, yang penting jadilah berguna bagi bangsa dan negara ini,” nasihat
                       Ayah sambil tersenyum.
                                                           Disadur dari Nusantara Bertutur, Kompas Minggu 3 Spetember 2017.





                                                                              Aku Cinta Membaca           215
   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226