Page 145 - 5f871381b4cd9c6426e115cd17c3ac43
P. 145
Koleksi Referensi Nasional Keanekaragaman Hayati | 121
Kebun Raya Bogor mencapai 24% dari daftar mengaplikasikan temuannya yang berman-
tumbuhan terancam punah global yang dirilis faat bagi kesejahteraan masyarakat.
IUCN (Purnomo et al. 2013, in prep). Upaya Mengacu pada keterbatasan daya dukung
untuk menambah keterwakilan koleksi ke- lahan yang dapat disediakan oleh kebun raya
anekaragaman flora Indonesia di Kebun Raya untuk konservasi secara ex situ, jenis-jenis lo-
Indonesia masih terus dilakukan melalui kal Indonesia berikut keragaman genetikanya
kegiatan eksplorasi botani. Dengan demikian, maka kebun raya juga mengembangkan
Kebun Raya dapat dikatakan bentuk nyata program bank biji di empat kebun raya LIPI.
dari referensi hidup kehati flora Indonesia, Koleksi yang diprioritaskan pertama adalah
yang juga mendukung keanekaragaman biji-biji tumbuhan langka, anggrek, dan yang
fauna dan mikrob di dalamnya. berpotensi, baik secara ekonomi, berpotensi
Setiap individu tanaman yang dikoleksi obat, memiliki jasa lingkungan yang pen-
di Kebun Raya memiliki dokumentasi yang ting, maupun berpotensi untuk bioenergi
dapat ditelusur, memberikan informasi meskipun tidak mungkin dilakukan untuk
sejarahnya mulai tanaman itu masuk ke ke- biji-biji tertentu. Realisasi program bank biji
bun raya, ditanam, berbunga, dan berbuah, ini juga akan mendukung pencapaian Target
relokasi jika dilakukan, hingga mati. Selain 8 Global Strategy for Plant Conservation (GSPC),
terdokumentasi dengan baik, koleksi tumbuh- yaitu menyediakan stok tumbuhan terancam
an di kebun raya ditata berdasarkan pola kepunahan untuk program-program pemuli-
klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau han atau restorasi. Peran kebun raya dalam
kombinasi dari pola-pola tersebut. Data dan konservasi ex situ dibicarakan lebih detail
informasi koleksi yang lengkap dan tertelusur dalam Bab 10 (Perlindungan dan Penyela-
ini merupakan dokumentasi penting untuk matan Keanekaragaman Hayati).
kegiatan penelitian, pelesta rian, pemanfaatan,
dan pendidikan. Dokumentasi yang tertelu- 4.6.2 Koleksi Flora di Arboretum Indonesia
sur ini tercatat dalam bentuk manual hard print
meliputi katalog koleksi, buku kebun, buku Arboretum adalah kebun koleksi yang juga
penerimaan, kartu koleksi, kartu mati, kartu berfungsi sebagai kebun percobaan, semula
pembu ngaan serta peta kebun, juga dalam arboretum disebut stasiun penelitian yang
bentuk computerized database yang terintegrasi didirikan sejak ada Keputusan Pemerintah
meliputi seluruh data koleksi (SIGit) serta Nomor 58 Tahun 1913 dengan nama
peta digital (BGMap) berbasis web dan dapat Proefstation Voor Het Boswezen (Stasiun
diaplikasikan secara interaktif, baik dalam Penelitian untuk Kehutanan) yang bernaung
komputer maupun smartphone. Seluruh data di bawah Het Boswezen van Nederlandsch
penting ini dikelola di Subbidang Registrasi Oost Indie (Jawatan Kehutanan pada
Koleksi. Pemerintahan Hindia Belanda). Stasiun
Penelitian untuk Kehutanan ini kemudian
Melalui kebun raya telah cukup banyak berubah nama menjadi Bosbouwproefstation
jenis ataupun kultivar yang telah dikembang- yang sekarang disebut sebagai Balai
kan menjadi tumbuhan bernilai ekonomi dan Penyelidikan Kehutanan. Pendirian stasiun
berpotensi sebagai sumber devisa negara. penelitian dilakukan sejak tahun 1937 di
Sebagai contoh adalah kelapa sawit (Elaeis bawah Balai Penyelidikan Hutan sebagai ke-
guineensis) yang berasal dari Afrika Barat, bun percobaan. Kebun yang didirikan adalah
pengembangannya diawali dari koleksi Kebun Percobaan Cikampek, Purwakarta,
Kebun Raya Bogor. Juga ubi kayu (Manihot (1937); Kebun Percobaan Pasir Awi, Bogor,
esculenta), kina (Cinchona rubra), kopi (Coffea (1938); Kebun Percobaan Cigerendeng,
liberica dan C. robusta), tembakau (Nicotiana Ciamis; dan Kebun Percobaan Haurbentes,
tabacum), jagung (Zea mays), Eucalyptus, dan Bogor (1940). Setelah kemerdekaan kebun
flamboyan (Delonix regia). Masih banyak jenis percobaan ditambah antara lain di Padekan
koleksi kebun raya yang belum diketahui Malang, Situbondo (1952), Cikole, Bandung
potensinya untuk diteliti dan dikembangkan (1954), Arcamanik, Bandung (1954), Carita,
lebih lanjut manfaatnya. Selain itu, diper- Pandeglang (1955), dan Dramaga, Bogor
lukan upaya peneliti di Indonesia untuk (1956). Dengan demikian, jumlah arboretum
mengungkap potensi dan prospeknya, juga di Indonesia menjadi 47, namun tidak semua