Page 133 - PADB Katolik IX BS isi.indd
P. 133
Usianya yang sudah 19 tahun itu juga membuat dia sulit menghafal bahasa
Latin, sehingga ia ingin pulang ke rumah orang tuanya. Tetapi pada saat itu ia
bertemu dengan seorang imam yang sangat menaruh minat kepadanya. Imam
itu bertanya kepada Vianney: “Kau mau jadi apa, Nak?” Vianney diam saja. Ia
malu menjawab pertanyaan itu. Maka imam itu berkata kepadanya: “Kalau kau
mau pulang, itu berarti cita-citamu hilang”. Mendengar pernyataan imam yang
sangat simpatik itulah, maka Vianney membatalkan niatnya untuk pulang ke
rumahnya. Ia akhirnya dapat menyelesaikan studinya di Seminari Menengah
dan beberapa tahun kemudian juga menamatkan studinya di Seminari Tinggi.
Ia ditahbiskan menjadi imam pada usia 29 tahun. Setelah itu ia ditugaskan
menjadi pastor di kota Ars.
Ars adalah sebuah kota yang sepi. Letaknya lebih kurang 30 km
dari Ecully di Perancis Selatan. Pada mulanya umat di Ars kecewa melihat
pastor mereka, karena P. Yohanes Maria badannya kurus dan kecil. Namun
kekecewaan umat ini tidak berlangsung lama, setelah melihat kerajinan dan
keuletannya. Ia ternyata sangat dermawan, dan mendirikan banyak sekolah
dan rumah sakit. Dan lebih dari itu, ternyata ia sangat ramah dan pandai
mengadakan pendekatan kepada orang-orang yang telah lama tidak ke gereja
dan merasa dirinya berdosa berat. Kelemahlembutan hatinya dalam berbicara
telah membuat banyak orang terbuka hatinya kepada pertobatan dan kembali
mengakukan dosa-dosa mereka. Semua nasihat dan bimbingannya di tempat
pengakuan telah banyak membuat orang datang menerima Sakramen Tobat
kepada dia. Bahkan banyak orang dari kota lain datang menerima Sakramen
Tobat dari P. Yohanes Maria, sehingga ia sangat terkenal.
P. Yohanes Maria juga sangat mencintai orang-orang miskin. Untuk
itu ia selalu bekerja keras, sehingga makin lama badannya semakin kurus
dan lemah. Biarpun begitu Vianney masih bisa bertahan duduk berjam-jam di
tempat pengakuan. Karena itulah ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 4
Juli 1859.
Sumber: Kumpulan Cerita Romo Yos Lalu
dalam Buku Percikan Kisah Anak Manusia, Jakarta: Komkat KWI
b. Bentuklah kelompok untuk bersama-sama merumuskan 3
pertanyaan sehubungan dengan kisah panggilan tersebut.
c. Kemudian setiap kelompok bertukar pertanyaan dan membahas
pertanyaan tersebut dengan diskusi atau bertanya kepada guru
Katolik atau dengan melakukan studi pustaka.
2. Mendalami Pandangan Kristiani tentang Panggilan Menjadi
Imam
Dengan Sakramen Imamat/Tahbisan, seseorang diangkat/
diwisuda untuk menggembalakan Gereja dengan Sabda dan
Roh Allah. Sakramen Tahbisan ini melantik seseorang untuk ikut
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 127