Page 58 - NATASYA AINI BUKU SAKU DIGITAL EKONOMI PENDIDIKAN
P. 58
Sekolah tidak diperbolehkan mewajibkan siswa membeli seragam di sekolah, dan
seharusnya tidak mengelola penjualan seragam secara eksklusif. Argumen ini
didasarkan pada beberapa prinsip hukum dan etika pendidikan yang bertujuan untuk
memastikan akses yang adil dan inklusif bagi semua siswa.
Berikut adalah beberapa alasan yang mendasari:
Kebijakan Pemerintah Tentang Pendidikan Inklusif: Berdasarkan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan harus bisa diakses oleh semua
lapisan masyarakat tanpa diskriminasi, termasuk dalam hal pengadaan seragam
sekolah. Jika sekolah memaksa siswa membeli seragam dari sekolah, hal ini bisa
memberatkan sebagian siswa dan orang tua yang memiliki keterbatasan finansial.
Hak Konsumen dan Pilihan: Orang tua dan siswa memiliki hak untuk memilih tempat
pembelian seragam sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Pengadaan seragam
melalui sekolah sering kali tidak transparan dalam hal harga dan kualitas, serta bisa
membatasi hak konsumen untuk mendapatkan barang yang lebih murah atau lebih
sesuai dengan preferensi mereka.
Penghindaran Konflik Kepentingan: Sekolah sebagai institusi pendidikan harus fokus
pada pengembangan akademik dan kesejahteraan siswa, bukan pada aktivitas
komersial seperti penjualan seragam. Mengelola penjualan seragam secara internal
bisa memunculkan potensi konflik kepentingan, di mana sekolah mungkin lebih
mementingkan keuntungan daripada kebutuhan siswa.
Peraturan yang Mengatur Pengadaan Seragam: Berdasarkan Permendikbud No. 45
Tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah, sekolah hanya boleh mengatur
penggunaan seragam, tetapi tidak boleh memaksa siswa untuk membeli seragam dari
sekolah. Penjualan seragam di sekolah seharusnya bersifat opsional, bukan wajib.
Perlindungan Terhadap Praktik Komersialisasi Pendidikan: Penjualan seragam yang
diwajibkan oleh sekolah dapat dianggap sebagai bentuk komersialisasi pendidikan, di
mana sekolah menggunakan kewenangan untuk mendapatkan keuntungan dari peserta
didik. Ini bertentangan dengan semangat pendidikan yang seharusnya mementingkan
58