Page 157 - The Survifers - XII IPS 2 - Paperslab
P. 157
Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa dia tidak akan bahagia dan rukun
dengan orang lain, tidak. Berteman adalah sesuatu yang dia suka, tapi tentu
saja dia cukup pilih-pilih dalam berteman. Sebab, ibunya berpesan agar ia
berteman dengan orang-orang yang memberi pengaruh baik padanya, dan
bukan orang-orang yang memberi pengaruh buruk.
Selain itu, dia juga memiliki kekurangan lain.
Meski menyukai dan menyukai menggambar, ada kalanya dia
menghadapi hambatan seni. Dimana dia tidak bisa memikirkan apa pun untuk
menggambar sama sekali, “apa yang harus aku lakukan?, jika aku tidak mulai
menggambar aku mungkin akan kehilangan satu-satunya bakat yang aku
kuasai.. dan aku tidak menginginkan itu.” adalah apa yang dia ucapkan sambil
berpikir dalam pemikiran yang luar biasa. Dia takut kehilangan bakat
menggambar, apa yang harus dia lakukan, karena menggambar adalah satu-
satunya pelariannya dari kenyataan. Dia tidak terlalu pandai dalam bidang
akademik dan non-akademik, makanya dia mengandalkan kemampuan
seninya.
Namun akhirnya dia menepis pikiran negatif tersebut, dia tidak bisa
kewalahan jika ingin menggambar. Karena menggambar adalah cara seorang
seniman mengungkapkan perasaannya pada buku sketsa, kanvas, atau apa pun
yang bisa digambar. Itu sebabnya dia memutuskan untuk menenangkan diri
dan mulai menggambar lagi dengan nyaman tanpa ada beban di pikirannya.
Meski menjadi artis terdengar gila baginya, ia belum menyerah. Karena
dia berjanji pada dirinya sendiri suatu hari nanti dia akan menjadi artis yang
baik meskipun dia berjuang untuk menjadi artis yang baik.
Selain menggambar, ia juga mempunyai hobi bermain game. Bermain
game mungkin menenangkan dan membuat rileks bagi orang lain, namun
tampaknya bermain game membuatnya stres dan ingin membuang ponselnya
ke luar jendela karena frustrasi dan kesal.
Tapi tentu saja dia tidak akan melakukan itu. Dia tidak sanggup
merusak ponselnya atau ayahnya akan menghancurkannya menjadi dua juga,
tidak bisa membiarkan hal itu terjadi sama sekali.
Meskipun bermain game dan sebagainya itu membuat frustrasi, dia
akhirnya bertemu dengan beberapa teman game yang luar biasa secara online.
Mereka berbagi sel otak yang sama dengannya yang membuatnya merasa
konyol dan tertawa saat bermain bersama mereka sambil melakukan panggilan
suara.
Pada akhirnya, berapa kali pun ia merasa terbebani dan tertekan oleh
147