Page 152 - The Survifers - XII IPS 2 - Paperslab
P. 152
sebesar ini kamu enggak ngasih tahu aku dari jauh-jauh hari. Pantes aku
ngerasa ada hal yang kamu sembuunyiin dari aku ternyata ini ya" chat dari
indri yang ku baca
"Ndrii... maafin aku,aku gak bermaksud bohongin kamu atau gak ngasih
tahu kamu ini. Tapi aku juga kaget dengan keputusan papa ku ini,hari-hari aku
selalu menangisi tentang hal ini,aku belum begitu siap untuk bilang langsung
ke kamu,karena semenjak aku dikasih tahu bakalan pindah saja itu aku hanya
mengurungi diri dikamar saja. Aku minta maaf ya kalau selama aku dan kamu
berteman aku ada salah. Kamu sekolah yang rajin dan baik-baik ya, aku gak
bakal lupain teman se bawel kamu. I miss u alwyas" balasanku di chat itu
"Dittt. kamu jaga diri kamu baik-baik ya,aku harap komunikasi
kami tetap berjalan. Dan
pertemanan kami tetap terjaga. Jangan lupain aku ya. Aku juga disini
enggak akan lupain kamu,samapai kapanpun. Take care !" Balasan dari indri
Setelah membaca pesan dari indri aku kembali membuka pesan dari
febrian dimana ia membalas "kamu pindah kemana?" Chat dari rian yang ku
baca
"Ke ternate" balasanku di chat itu
"Emangnya kenapa kamu pindah?" tanya rian dalam chat itu
"Ee-enggak papa, papa ku pindah tugas di ternate,jadi aku dan mamaku
juga ikut pindah" balasanku lagi di chat itu
"Ohh.. berarti sekarang aku dong yang bakalan juara 1. Hahahaha"
balasan dari rian
"Iya. Semangat ya. Jangan bolos-bolos dan jangan terlambat. Titip kelas
ya.. kamu kontrol kelas dan bantu pak prass mengurus kelas" balasanku di chat
itu lagi dan rian hanya membalas itu dengan stiker "oke".
Percakapan pun berakhir. Setelah aku membaca semua pesan-pesan dari
teman-temanku itu. Tak lama dari itu aku,mama,dan papa ku sudah sampai di
bandara SAM RATULANGI MANADO. Jangan tanya perasaanku saat ini,air
mata ku terus membasahi pipiku. Tapi secepat mungkin aku menghapus air
mataku dan berusaha kuat dan biasa-biasa saja di depan kedua orangtua ku.
Kami sudah masuk kedalam gate,dan tak lama kami sudah masuk
kedalam pesawat,dan pesawat yang kami tumpangi pun mendarat. Aku yang di
dalam pesawat melihat ke arah jendela dengan perasaan yang sudah tak bisa
lagu aku deskripsikan. Hanya air mata yang saat itu bisa mengeluarkan
perasaan apa yang aku rasakan saat itu. Air mata ku terus jatuh dan aku
142