Page 90 - UKBM BIN XI Genap 2021
P. 90
keluar keringat dek..”
Dokter:”Cairan yang tidak bisa keluar, baik keringat maupun air seni karena ginjal yang
terganggu. Mengakibatkan kulit ibu Anda menggembung berisi cairan. Untuk
sementara menggunakan infus khusus agar bisa kencing dan berkeringat.”
Fensa :”Apakah bisa diatasi dok?”
Dokter:”Untuk sementara bisa dengan infus ini. Namun selebihnya semoga diberikan
kemudahan dari-Nya!”
Noftavia:”Saya masih bingung dok, apa penyebab komplikasi ginjal ini?”
Dokter :”Dari hasil pemeriksaan, ibu saudara sepertinya sering mengkonsumsi minuman
instan. Padahal tidak baik bagi penderita diabetes, penumpukan ini berakibat pada
ginjal ibu Anda.”
Terkejut sudah pasti, namun tetap saja hanya bisa tabah dan berusaha menjalani cobaan ini
dengan selalu berhusnuzdon pada-Nya. Sang dokter meninggalkan ruangan, beserta
perawatanya.
Noftavia:”Tadinya ingin rawat jalan saja agar lebih hemat, tapi dokter tidak mengijinkan.
Kondisi ibu tidak stabil dek, obat infus ini mahalnya luar biasa. Ibu juga tidak mau
makan nasi, hanya mau makan buah. Itupun tidak seberapa jumlahnya.”
Tangisan kini berderai makin deras, Fensa tidak kuasa untuk tidak menahannya. Merasa
bersalah, membiarkan ibunya memperburuk kesehatan yang sudah kurang baik sedari dulu
oleh diabetes. Sang ibu memang gemar minum minuman yang manis, apalagi jika minum
minuman instan yang praktis cara membuatnya. Namun nasi sudah menjadi bubur, berharap
ibunya bisa bertahan dan melalui ini semua adalah jalan yang terbaik.
Fensa :”Soal biaya nanti dipikirkan, sekarang biar ibu sehat dulu.”
Noftavia:”Iya dek, tapi mau dapat uang darimana? Seharusnya kita ikutkan ibu asuransi
kesehatan agar tidak tunggang langgang begini.”
Fensa :”Sudah kak, jangan disesali. Kalau sudah rezeki tidak akan kemana, toh ini ibu kita,
ibu yang baik. Dan selalu beramal dengan sesamanya. Pasti kita diberikan jalan.
Noftavia:”Semoga saja”
Siang ini kedua saudara saling menguatkan satu sama lain, saling berjanji saat ibu sudah sehat
mereka akan memperhatikan hal remeh sekalipun. Tanpa terkecuali perihal minuman yang
dianggap sepele.
Ibu :”Kapan sampai sa?”
Fensa :”Barusan bu.. ibu kenapa tidak mau makan? Nanti gak bisa minum obat, kapan
sembuhnya?”
Ibu :”gak apa-apa.”
Fensa :”Ibu selalu saja bilang ‘gak apa-apa’. Yang sakit apa bu? Perutnya sakit kalau makan?”
Pertanyaan ini hanya dijawab dengan gelengan, Fensa semakin sedih. Wajah dan sekujur
tubuh ibunya terlihat penuh keriput. Karena kulit yang tadinya menggembung karena
penumpukan cairan kini tepah kempis dan meninggalkan bekas. Bekas yang sangat
menyakitkan, mencerminkan penderitaan ibunya yang tidak perbah diungkapkan kepada
kedua putrinya.
Setelah seminggu di rumah sakit, akhirnya sang ibu boleh pulang. Namun setelah melakukan
permohonan dengan sangat kepada tim dokter. Sebab keterbatasan biaya, yang membuat
merawat di rumah sakit menjadi amat sangat berat. Keputusan yang diambil sudah bulat, ibu
akan dirawat di rumah oleh Noftavia. Sebab Fensa harus bekerja untuk mencari biaya berobat
sang ibu setiap bulannya. Semakin hari keadaan ibu memang semakin membaik, meskipun
sejak keluar dari rumah sakit. Sang ibu suda tidak pernah lagi berpijak di tanah dengan kedua
kakinya. Kesehatan itu mahal harganya, sakit berat seharusnya tetap dijaga asupan konsumsi
hariannya.
13