Page 7 - GEOGRAFI MELLY HAMSAR
P. 7
(Soebantardjo, 1967:9-17). Jadi perubahan kembali nama Geografi Sejarah
menjadi Geohistori bukan lah hal yang baru namun sudah pernah digagas
oleh Soebantardjo sejak tahun 1967. Namun baru tahun 2017 muncul
nama Geohistori yang masuk dalam kurikulum mata kuliah di lingkup
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat,
kemudian karena Visi-Misi Universitas Lambung Mangkurat menyangkut
lahan basah, maka mata kuliah ini dibubungkan dengan peristiwa-
peristiwa sejarah yang dibangun dan pernah ada di kawasan lahan basah
di Nusantara, maka mata kuliah tersebut bernama Geohistori Lahan Basah.
Perkembangan geografi sejarah di Perancis oleh Ger Harmsen
(1968) dalam Inleiding tot de geschiedenis, Bilthoven, memakai istilah
Geohistorie sangat berbeda dengan di Inggris, Belanda dan Jerman. Dalam
melihat ilmu sejarah kadangkala dicampuradukan istilah seperti faktor
sejarah, kekuatan sejarah dan momen sejarah. Proses sejarah semakin
didesak dengan cara-cara yang makin eksak, untuk itulah para sejarawan
berusaha mengadakan pendekatan dengan bantuan ilmu sosiologi,
ekonomi, politikologi dan antropologi. Umumnya para sarjana yang bukan
berlatarbelakang sejarawan berusaha mengolah bagian-bagian sejarah
secara matang, meskipun aneka penyusunan teori diserahkannya kembali
kepada para sejarawan.
Para pengikut aliran filsafat Strukturalisme (1949) di Perancis
misalnya Frenand Braudel berusaha keras untuk menyelidiki struktur
sejarah daripada peristiwa-peristiwanya, untuk itu ia mengelompokkan
proses sejarah dengan tiga bagian proses, salah satu proses struktural atau
proses dasar yang berlangsung amat lambat, perubahan yang di dapat di
dalamnya baru akan nampak beberapa abad kemudian, proses panjang
inilah yang disebut dengan geohistorie. Jadi istilah geohistori sudah dikenal
di Eropa dan di Indonesia sejak tahun 1949 dan berlanjut hingga tahun
1968.
Istilah Lahan Basah atau dalam Bahasa Inggris disebut wetland
menunjukkan sebuah wilayah geografis dimana tanahnya jenuh dengan
air, baik bersifat permanen maupun musiman. Wilayah-wilayah itu
sebagian atau seluruhnya kadang tergenang oleh lapisan air yang dangkal.
[iii]