Page 151 - LAYOUT_KUMPULAN_CERPEN_160222_Neat
P. 151
Demikianlah seperti yang kau ketahui. Perpisahan adalah
sebuah mukadimah untuk menyambut hari-hari penuh rindu.
Sayangnya, rindu tidak seperti hujan di luar sana yang cepat
redanya. Lebih sering, rindu menjadi abadi di hati.
“Kalau aku pergi, aku ingin kamu selalu munajatkan doa.”
Itu waktu yang berat. Kau menyaksikan pertaruhan dua
nyawa yang tengah berjuang untuk hidup. Riani, istrimu yang
kau kasihi, tersenyum saat kau mengantarnya ke ruangan tempat
dia berjuang melahirkan anakmu. Senyum yang tulus sekali.
Tanganmu membelai wajahnya beberapa kali.
“Doakan, ya.”
“Ya, selalu.”
Itu benar-benar perjuangan yang berat. Istrimu adalah
wanita hebat. Kau hanya bisa bayangkan betapa keras
perjuangannya hingga akhir, meski harus ditutup dengan getir.
Nyawanya tak terselamatkan. Bayimu, yang kau idam-idamkan,
juga dibawa pergi bersamanya. Mereka menuju kedamaian, lalu
menitipkan senyum itu padamu, yang kau sambut dengan air
mata yang mengalir deras tanpa henti.
Kau belum bisa melupakannya. Ingatanmu selalu kembali
dan akan selalu kembali pada apa yang terjadi tiga hari lalu. Kau
hanya rindu, dan itu akan selalu menemanimu.
Beristirahatlah. Sudah selarut ini, kau sebaiknya tidur saja.
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 139