Page 47 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 47

Seketika petir terasa menyambar di kepala Ekky. Dia
            lempar telponnya ke atas meja. Ini, ini tidak mungkin, pikirnya.

            Mana  mungkin  ini  terjadi.  Ibu  kan  baik-baik  saja,  pikirnya.  Ah
            pasti Mas Ian bercanda. Dia ambil lagi teleponnya. Lalu dia buka
            pesan-pesan lain yang masuk. Dari adiknya, Eni. “Mas Ekky. Ada
            berita duka. Ibu meninggal Mas. Mas Ekky lagi di perjalanan ya?
            Mohon doakan ibu ya mas.” Itu pesan Eni dengan tambahan

            emoticon  wajah menangis. Adiknya Evi juga mengirim pesan
            berkali-kali. “Mas, ibu kritis lagi.” Selanjutnya, “Mas, ibu sudah
            dibawa ke rumah sakit. Ibu sesak nafas.” Selanjutnya, “Mas, ibu

            lagi dipacu jantungnya. Bacakan  Yasin ya Mas.” Selanjutnya
            banyak lagi pesan dari saudara-saudaranya yang tidak mampu
            lagi dia baca.

                    Ekky jatuh terduduk di atas tempat tidurnya. Air matanya

            mulai mengalir membasahi pipi. Seketika teleponnya berbunyi.
            Telepon dari bapak! Dengan agak enggan dia angkat telponnya.
            “Assalaamu’alaikum. Le, sudah sampai Ampana? Le, ibumu sudah
            ndak ada Le,” kata bapaknya di ujung sana sambil terisak-isak.
            Dia tidak mampu menjawab kata-kata bapaknya. Dia hanya bisa

            mengiyakan kata-kata bapaknya.

                    Tak  lama  kemudian,  pintu  kamarnya  diketuk  dari  luar.
            Siapa lagi ini, pikirnya. Dia sedang tidak mau menemui siapa pun.
            Tapi tetap dia buka pintunya. Ternyata ketiga anggota timnya.

            Mereka menatap Ekky dengan heran, karena melihat betapa
            merah matanya. “Mas Ekky...”




                                               Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”  35
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52